ABU Hurairah adalah salah satu sahabat Nabi yang masuk Islam sesudah masa hijrah. Kecintaannya pada kebenaran telah membawanya kepada Islam setelah perang khaibar, pada tahun 7 Hijriyah sehingga menuntunya untuk bersahadat dihadapan Nabi Muhammad ﷺ.
Abu Hurairah berjumpa dengan Rasulullah ﷺ hanya dalam kurun waktu yang cukup singkat. Selama empat tahun. Namun empat tahun ini tidak disia-siakannya. Ia pergunakan waktu tersebut untuk menjadi pelayan Rasulullah SAW dan dengan setia mengikuti kemana saja Rasulullah pergi.
Abu Hurairah tak pernah absen dari majlis yang Rasulullah laksanakan. Abu Hurairah tidak hanya belajar langsung dari sumbernya, namun juga merekam kata demi kata yang terucap dari mulut Nabi SAW. Ia juga menyimpan setiap momen persoalan yang Rasulullah selesaikan. Dimana nantinya akan berguna jika terjadi permasalahan yang sama.
BACA JUGA: Abu Hurairah kepada Setan: Aku Akan Melaporkanmu pada Rasulullah
Sebenarnya ada satu keistimewaan yang dimiliki oleh Abu Hurairah tetapi tidak dimiliki oleh sahabat yang lain. Abu Hurairah terkenal dengan ingatannya yang kuat. Abu Hurairah bisa mengingat dengan mudah, termasuk semua perkataan dengan detil betapapun panjangnya. Dan ingatan itu bisa ia pertahankan hingga akhir hayatnya. Subhanallah sungguh karunia yang patut disyukuri oleh siapapun yang memperolehnya.
Abu Hurairah sadar bahwa ia amat tertinggal oleh sahabat lain yang sudah masuk Islam lebih dulu. Padahal ia begitu mencinai kebenaran, begitu mencinti Nabi ﷺ dan begitu mencintai dakwah. Ia ingin memberi andil dalam perjuangan Islam sesuai dengan apa yang ia mampu.
Namun, kesempatan berjihad di jalan Allah tidak selalu tersedia, lagipula semua sahabatpun mampu melakukannya. Berinfak dijalan Allah pun tidak selalu bisa ia lakukan karena ia hanya seorang yang miskin yang tidak memiliki kebun, ternak maupun perniagaan.
Maka ia memutuskan untuk menjadi jalan dakwah dengan menjadi penyambung dakwah Nabi. Ia akan menyampaikan segala sesuatu yang didengar, dilihat dan dipahaminya dari segala sisi kehidupan Rasulullah SAW.
“Aku bukan lelaki yang kaya yang memiliki banyak kebun, pertanian dan peternakan sebagaimana kebanyakan lelaki dari kaum Anshor,” kata Abu Hurairah pada suatu ketika. “Dan aku bukanlah seorang lelaki kaya yang memiliki banyak bisnis perniagaan seperti yang dimiliki oleh kebanyakan kaum muhajirin,” lanjutnya.
“Maka aku memiliki waktu yang lebih banyak dari mereka untuk bisa menghadiri majlis-majlis Nabi, selalu ada di dekat Nabi, di saat mereka sedang absent atau sedang dalam kesibukan. Dan aku bisa mengingat dengan sangat baik apa-apa yang Rasul tunjukan, katakan dan jelaskan,” jawab Abu Hurairah ketika ada orang yang mempertanyakan bagaimana bisa ia memiliki perbendaharaan hadits yang begitu banyak, hingga melebihi apa yang dimiliki oleh mereka yang masuk Islam lebih dulu.
Pada suatu ketika, bertahun-tahun setelah Rasul wafat dan kekhalifahan telah diganti oleh beberapa sahabat Nabi, Marwan bin Hakam yang hidup pada masa kekhalifahan Bani Umayyah bermaksud menguji ingatan Abu Hurairah. Ia diminta untuk menyebutkan beberapa Hadits yang diketahuinya, dan tanpa sepengetahuan Abu Hurairah seseorang pencatat menuliskan apa yang ia ucapkan.
BACA JUGA: Hafalan Hadits Abu Hurairah
Setelah setahun berlalu, Marwan kembali memanggil Abu Hurairah dan memintanya untuk menyampaikan sejumlah hadits yang sama seperti tahun lalu. Ternyata, Abu Hurairah menyebutkan hasitshadits itu dalam susunan kata yang sama persis dengan yang ia sampaikan setahun lalu. Maka Marwan pun semakin yakin bahwa Abu Hurairah memiliki ingatan yang sangat kuat.
Abu Hurairah tidak hanya dikaruniai ingatan yang kuat, tetapi Allah juga memberinya umur yang panjang, yaitu kurang lebih 78 tahun. Dia hidup hampir 50 tahun selepas wafatnya Nabi dan melewati berbagai macam masa pemerintahan Islam. Tetapi satu yang tak pernah berubah. Ia terus memberikan andil bagi umat Islam yaitu dengan menyampaikan hadits-hadits Rasulullah SAW. Semoga Allah meridhainya. []0
SUMBER: UMMI ONLINE