ABDULLAH bin Qais atau yang lebih kita kenal dengan nama Abu Musa al-Anshari, merupakan salah satu sahabat yang masuk Islam di awal permulaan dakwahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa untuknya.
“Masukanlah ia ke dalam Surga dengan penuh kemuliaan.” Suatu hari Rasulullah memanggilnya, “Ya Abdullah bin Qais, maukah engkau aku ajarkan satu kalimat pembendaraan Surga? Kalimat itu adalah la hawla wala quwata illa billah.”
BACA JUGA: https://www.islampos.com/abu-bakar-dan-hanzalah-bertanya-kepada-nabi-apakah-mereka-munafik-144920/
Abu Musa juga dikenal dengan suara bacaannya yang merdua, hal ini membuatnya sering kali menjadi perhatian yang mana banyak orang dapat mengambil faidah darinya. Tak hanya itu, Abu Musa juga dikenal dengan keahliannya memanah.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Abu Musa menunjukkan keberhasilannya dalam mengatur administrasi wilayah Bashrah. Ia juga berhasil memimpin pasukan militernya. Atas izin Allah, ia mampu menaklukkan beberapa kota.
Di tahun 10 Hijriyah, Abu Musa datang menemui Rasulullah sekaligus melaksanakan haji bersama beliau. Haji yang merupakan haji terakhir bagi Rasulullah. Saat itu juga, Rasulullah telah memberinya wewenang untuk memberikan fatwa.
Pada akhir tahun 23 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab syahid dibunuh. Ketika itu Abu Musa sedang berada di Bashrah, mengajar dan berdakwah kepada Allah. Namun ia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dan semua ini adalah salah satu karunia Allah yang diberikan padanya.
BACA JUGA: https://www.islampos.com/kesempurnaan-abu-bakar-dalam-mencontoh-rasulullah-146233/
Dan pada masa diangkatnya Utsman menggantikan Khalifah Umar, Abu Musa diangkat menjadi wali di Bashrah selama enam tahun. []
Sumber: Haeriah Syamsudin. Sya’ban 1434 H. Para Abdullah di Sekitar Rasulullah. Bandung: Khazanah Intelektual