Oleh: Andi Ardianto
SUATU hari ketika seorang cucu berkunjung ke rumah sang kakek. Beberapa hari di sana si cucu begitu mengamati keseharian kakek tercintanya. Namun ada satu kebiasaan yang membuat si cucu heran. Adalah kebiasaan kakeknya yang setiap hari menghafalkan Al Qur’an. Cucu ini heran apa bisa kakeknya yang sudah tua itu mampu menghafalkan Al Qur’an.
Dengan wajah polos dia mendekati sang kakek dan bertanya, “Kek, kenapa si kok suka menghafal Al Qur’an. Memang bisa masuk? Kan sudah tua,” kata cucu tersebut penuh rasa ingin tahu.
Dengan pelan sang kakek mendudukan si cucu kepangkuan. Sembari mengusap kepala si cucu, kakek itu bertutur bijak,
“Cu, sebelum kakek jawab apa alasannya boleh ga kakek minta tolong?”kata kakek.
“Minta tolong apa kek?” Tanya cucunya.
“Coba adik ambil satu ember dan tempat sampah di depan rumah. Nanti adik isi ember itu sampai penuh,” jawab kakek.
Bergesas si cucu mengambil tempat sampah di depan rumah. Ketika mendapati ternyata tempat sampah yang dimaksud kakek itu berlubang si cucu kembali ke dalam dan bertanya pada kakeknya.
“Kek, tempat sampahnya itu berlubang,” protes sang cucu kepada kakeknya.
“Tidak apa-apa sayang. Lakukan saja semampunya,” Kembali sang kakek menjawab.
Dengan semangat si cucu mengambil air dengan tempat sampah berlubang tadi dan memasukkannya ke ember. Tapi sudah habis tenaganya, air belum juga terisi. Si cucu pun merasa putus asa dan mengadu ke kakeknya.
“Kek, adik sudah berusaha tapi embernya tetap tidak bisa terisi. Adik capek,” omel sang cucu.
Senyum teduh sang kakek mengiringi tuturnya yang lembut. “Cu, kakek juga bakal tahu kalau adik bakal kesulitan memasukkan air ke ember. Dan bukan itu sebenarnya maksud kakek,” kata Kakek.
“Kakek hanya ingin menjawab pertanyaan adik tadi dengan jawaban yang memudahkan adik. Coba sekarang lihat tempat sampah itu. Ada perbedaannya ga?,” Tanya kakek sembari mengernyitkan alis.
“Pasti ada. Tadi tempat sampah ini begitu kotor. Ada bekas makanan, daun, dan buah yang lama tidak dibersihkan. Sekarang lihatlah bekas itu sudah tidak ada,” kata Cucu kakek tersebut.
“Nah, seperti itulah yang kakek lakukan. Ibaratnya hati dan memori otak kakek itu kayak tempat sampah tadi. Kotor karena sudah banyak dosa dan tidak bisa menyimpan banyak ilmu karena sudah lemah. Dan Al Qur’an itu ibarat air yang adik ambil tadi yang berfungsi membersihkan dosa. Jadi kakek tidak begitu peduli apakah ada hafalan yang nyantol atau tidak yang penting hati kakek bersih,” jelas kakek dengan sabar. []
Kirim tulisan Anda yang sekiranya sesuai dengan Islampos lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word, ukuran font 12 Times New Roman. Untuk semua tulisan berbentuk opini, harap menyertakan foto diri.