Oleh: Ratna Dewi Idrus
Penulis Agar Anak Kita seperti Nabi Ismail
KEMARIN Sabtu, usai kajian. Seorang sahabat berkata, “Saya ini kan bukan guru, awam dalam hal mendidik anak.” Ia bertanya kepada saya karena saya seorang penulis tentu suka membaca dan punya sedikit ilmu. Hmm, mendengar pernyataannya saya tercekat, bahwa sesungguhnya saya pun sama dengannya, tak punya ilmu apa-apa sebagai ibu. Beliau pun melanjutkan ceritanya.
“Dulu saya belum punya rumah, dan tinggal dengan mertua. Ya, namanya mertua, apa yang menjadi keinginan cucu selalu dituruti. Saya sadar itulah bentuk kasih sayangnya. Hingga saya jadi bingung bagaimana memberitahu anak. Alhamdulillah, kini saya punya rumah, namun anak saya yang terlanjur dididik neneknya, yang selalu menuruti keinginannya membuat hati saya meradang, tak mampu menahan amarah ketika menghadapi tingkah anak yang maunya menang sendiri. Bagaimana cara saya mengatasinya?”
Tak banyak kata saya menjawabnya, karena sadar masih miskinnya ilmu dalam hal mendidik anak, dengan coba mengingat-ingat bagaimana cara saya jika menghadapi hal yang sama.
Dulu ketika anak kita baru lahir sampai berusia 5 tahun, kita begitu menikmati kelucuannya. Namun kini mungkin anak kita tak lucu lagi, hingga terkadang membuat kita jengkel melihat tingkah polahnya jika tak sesuai dengan keinginan, padahal sesungguhnya itulah bentuk kecerdasannya, selalu ingin tahu dan berusaha menemukan hal-hal baru.
Ia butuh tempat untuk bereksplorasi menampung idenya dan mengeluarkan kreatifitasnya, kitalah yang harus memfasilitasinya. Daripada ia menghabiskan energi dengan percuma, kita arahkan ia untuk menyenangi buku, dengan membacakannya buku cerita atau mengajaknya membaca, jadikan ia sahabat dan boneka kecil yang lucu, insya Allah itu jauh lebih menyenangkan.
Itulah mengapa saya berusaha membuat buku cerita anak seperti Cemerlang Bersama Al Qur’an, karena terkadang anak lebih tertarik dengan visual daripada kata-kata.
Akhir pertemuan kami ditutupnya dengan mengingat kembali pernyataan saya, untuk menganggap anak sebagai sahabat dan boneka kecil yang lucu, hingga saya sendiri tersentuh dibuatnya.
Hari Rabu kami bertemu kembali, usai kajian ia mendekati saya seraya mengucap terima kasih karena merasa mendapat perkembangan luar biasa dalam hal mendidik anak setelah menerapkan apa yang saya katakan, hingga mengundang rasa penasaran saya. Perkataan saya yang manakah dan perkembangan seperti apakah gerangan? Tak lama kemudian beliau pun menjelaskan.
“Saya bacakan anak saya buku cerita. Usai membacakannya, ia malah minta diulangi lagi, tak bosan-bosan sambil menunjuk deretan buku lainnya yang tertera di belakang cover, buku yang belum dimilikinya,” katanya.
Ya, yang beliau bacakan pada anaknya adalah salah satu buku seri kisah motivasi anak berjudul Aku Tidak Mau Marah yang merupakan bagian dari buku Cemerlang Bersama Al Qur’an seri 1 yang saya tulis dan diterbitkan oleh Pro Kids lini Pro U Media, awal mula kisah saya bergabung menjadi penulis Pro U Media.
Adapun keempat seri yang merupakan bagian dari buku Cemerlang Bersama Al Qur’an seri 1, adalah Apa Arti Namaku, Lebih Baik Pakai Baju Muslimah, Aku Tidak Sombong dan Karena Mata Bisa Bicara.
“Nama Annida yang tercantum di buku, diganti anak saya dengan namanya, Annisa hingga ia merasa, di buku itu adalah dirinya,” kata sahabat saya melanjutkan ceritanya.
Hingga suatu hari, ia kembali tersulut rasa marah, namun kali ini, ia berusaha keras menahannya. Dengan cara meninggalkan anaknya dalam situasi seperti itu, untuk menghindari anaknya dari kemarahannya, sambil terus beristigfar, memohon pertolongan Allah, untuk menguatkan hatinya. Setelah tenang, barulah ia kembali mendekati buah hati dan berkata,
“Annisa sayang, kan tahu kalau marah itu tidak baik?” katanya sambil mengingatkan anaknya pada buku cerita Aku Tidak Mau Marah. Pikiran anaknya langsung tertuju pada buku itu, “Oh iya ya Bunda.”
Kemudian dihampirinya sang ayah, “Yah, Annisa nggak bisa masuk surga karena marah,” katanya.
“Makanya Annisa jangan marah dong, biar bisa masuk surga,” komentar sang ayah sambil tersenyum.
Baca Juga: Karunia Anak Bukanlah Tanda Cinta Allah pada Kita
“Ya! Annisa nggak mau marah lagi deh.”
Inilah yang disebut sahabat saya perkembangan yang luar biasa itu.
Ternyata Annisa kuat mengingat pesan di buku itu, yang memuat salah satu sabda Rasul yang artinya, “Janganlah kamu suka marah, maka bagimu Surga.”
Dimana sesungguhnya sabda Rasulullah itu diperuntukkan untuk orang dewasa, dalam hal ini, kita semua sebagai orang tua untuk bisa mengendalikan amarah, dalam mendidik buah hati kita. Semoga Allah menguatkan hati kita.
Allahu Akbar, betapa Allah kuatkan sebuah cerita, hingga bisa menginspirasi buah hati. Bukankah betapa banyak Al-Qur’an mendidik kita melalui cerita? Bahagianya saya sebagai penulis yang mendapat anugerah tak terkira seperti ini, dimana anugerah itu tak bisa diukur dengan apapun. Tentulah para penulis sepakat dalam hal ini, hingga terus berjuang untuk menulis, bukan?
Bahagianya saya menuliskan kembali kisah ini, walaupun buku Cemerlang Bersama Al Qur’an syiarnya kurang terdengar karena keterbatasan saya, namun sekali lagi, semoga bisa bermanfaat bagi anak-anak, agar mempunyai kemulian akhlak yang tinggi, karena orang yang paling dekat dengan Rasulullah, adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Semoga juga tidak menyurutkan semangat saya dan kita semua agar terus menuliskan cerita untuk anak-anak, karena buku cerita islami punya kekuatan untuk menginspirasi buah hati kita, menjadi lebih baik, insya Allah. Dan ini ladang amal bagi para penulis cerita anak-anak. Semoga Allah meridhai usaha kita bersama. []