“Wahai Rasulullah, aku ingin tahu engkau sengaja memukulku ataukah tidak?”
ITULAH yang ditanyakan oleh Ukkasyah sebelum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, wafat. Nama lengkapnya Ukkasyah bin Mihsan al-Asadi. Dia dari golongan Muhajirin dan termasuk orang-orang yang pertama memeluk Islam.
Pertanyaan itu dilontarkannya mengingat pada peristiwa perang badar. Sebelum perang dimulai Ukkasyah bersama dengan Rasulullah.
“Sesungguhnya dalam Perang Badar, aku bersamamu, wahai Rasulullah. Aku berada di belakang untamu, lalu aku turun agar dapat mencium pahamu. Namun engkau mengambil tongkat untuk memukul untamu, lalu engkau pukul juga tulang rusukku. Ya Rasulullah, aku ingin tahu engkau sengaja memukulku ataukah tidak saat itu?” tanya `Ukkasyah.
BACA JUGA: Keberaniannya Abdullah bin Zubair, Mempercepatnya ke Surga
“Sesungguhnya aku sengaja memukulmu, hai ‘Ukkasyah,”jawab Rasulullah. “Wahai Bilal, ambillah tongkat yang aku pakai memukul ` Ukkasyah di rumah Fathimah.”
Perintah beliau yang langsung dipenuhi oleh Bilal. Saat Rasulullah telah menerima tongkat itu, beliau menyerahkannya kepada `Ukkasyah. Seluruh jamaah yang terdiri dari kaum Anshar dan Muhajirin yang ada di masjid terbelalak.
Hari itu, sekitar dua bulan setelah haji Wada’. Rasulullah mulai sakit-sakitan dan badan beliau kurus. Mereka sungguh iba terhadap Rasulullah yang sakit dan akan mendapatkan balasan pukulan dari ‘Ukkasyah.
Melihat hal itu, Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib segera berdiri dan berkata, “Wahai `Ukkasyah, pukullah kami berdua dan jangan sekali-kali engkau memukul Rasulullah!”
“Aku tidak sampai hati melihat engkau memukuli Rasulullah. Inilah punggungku. Pukullah aku sepuas hatimu!” lanjut Ali.
Namun Rasulullah melarang tindakan kedua sahabatnya. Tak hanya Abu Bakar dan Ali, Hasan dan Husain pun berdiri untuk menghalangi niat `Ukkasyah. Mereka berkata, “Wahai ‘Ukkasyah, kami adalah cucu Rasulullah. Pukullah kami, karena memukul kami sama dengan memukul Rasulullah. Pukullah kami dan jangan melakukannya kepada beliau.”
Rasulullah kembali menolak tindakan kedua cucunya. Sebaliknya, Rasulullah mempersilakan ‘Ukkasyah untuk memukul punggungnya. Namun ternyata ‘Ukkasyah masih belum terima. “Wahai Rasulullah, engkau telah memukulku saat aku tidak memakai baju,” ucap Ukkasyah.
Para sahabat yang hadir tersentak, mereka berpikir betapa lancangnya ‘Ukkasyah. Hati mereka makin tersayat mendengar ucapan `Ukkasyah yang begitu tega hendak memukul Rasulullah tanpa baju.
Permintaan ‘Ukkasyah diterima oleh Rasulullah. Bagi beliau, hutang adalah tanggungan yang wajib dilunasi. Serta merta beliau pun membuka baju dan memperlihatkan punggungnya untuk dipukul oleh ‘Ukkasyah.
Melihat tindakan Rasulullah itu, para sahabat meneteskan air mata. Begitu pun ‘Ukkasyah bin Mihshan. Air matanya bercucuran membasahi wajahnya. la mendekat dan mencium beliau.
BACA JUGA: Benarkah hanya 70.000 Umat Nabi yang Masuk Surga Tanpa Hisab dan Siksa?
“Wahai Rasulullah, siapakah yang sanggup memukul tubuh yang aku lindungi dengan jiwa dan ragaku? Sesungguhnya aku lakukan ini agar aku dapat memeluk tubuhmu yang dimuliakan Allah dengan tubuhku. Semoga Allah menjagaku dari neraka dengan kehormatanmu,” kata `Ukkasyah penuh haru.
“Wahai sahabat-sahabaku, jika kalian hendak melihat ahli surga, maka inilah orangnya,” kata Rasulullah.
Para sahabat pun terkesima, yang awalnya mereka khawatir menjadi penuh keharuan. Mereka mengucapkan selamat kepada `Ukkasyah yang mendapatkan keuntungan besar karena memperoleh derajat tinggi di surga. Sepeninggal Rasulullah `Ukkasyah terus berjihad dengan pedang al-Aun. la meninggal setahun setelah wafatnya Rasulullah. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al—Qudwah Publishing/ Februari, 2015