RASULULLAH adalah orang yang paling halus kulitnya, yang paling lembut hati dan batinnya. Kemarahan dan kesenangannya dapat diketahui dari raut wajahnya. Apabila telah memuncak kemarahannya, beliau lebih banyak mengusap janggutnya yang mulia. Beliau tidak berbicara kepada seseorang dengan sesuatu yang tidak disukainya.
Berdakwah kepada masyarakat bukanlah perkara yang mudah, tak selalu diterima dan tak jarang mendapat penolakan keras. Sebagian menerima, sebagian malah lari dari dakwah kita. Hidayah memang milik Allah, namun Dia membuat hidayah itu teranugerahi kepada seseorang melalui usaha. Dan tentunya, usaha kita mengajak manusia kepada hidayah mesti merujuk pada sebaik-baik teladan, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
BACA JUGA: Kisah Masuk Islamnya Ibunda Abu Hurairah setelah Didoakan Rasulullah
Ini adalah salah satu metode dakwah yang harus kita perbaiki bersama. Tujuan dakwah adalah agar yang didakwahi mendapatkan kebaikan. Sebagaimana kita ingin mendapat kebaikan, tentu orang lain, saudara kita se-Islam ingin juga mendapat kebaikan dan ini adalah pertanda keimanan.
Seorang lelaki pernah menemui Rasulullah. Pada diri lelaki itu terdapat warna kuning yang tidak disukai beliau. Maka beliau tidak berbicara dengan lelaki itu sehingga ia keluar. Kemudian beliau bersabda kepada sebagian kaum, “Seandainya kalian berkata pada lelaki itu untuk meninggalkan ini, yaitu warna kuning, niscaya akan lebih bagus.”
BACA JUGA: Abdullah bin Ubay Tidak akan Selamat hanya karena Jubah Rasulullah
Pernah seorang Arab Badui kencing di dalam masjid, kemudian para sahabat bermaksud mencegahnya. Beliau bersabda: “Janganlah kalian memutuskan kencingnya.” Kemudian beliau bersabda kepada orang Badui itu: “Sesungguhnya masjid ini tidak boleh untuk sesuatu yang kotor, yaitu hajat dan kencing,” (Muttafaq’alaih dari Anas).
Dalam riwayat lainnya beliau bersabda, “Ajaklah untuk mendekat, janganlah kalian membuat orang lari.” []
Sumber: Al-Ghazali. 2003. Akhlak Mulia Rasulullah. Al-Kautsar.