Oleh: Khaerunnisa Taqiyah
Mahasiswa Semester 6 STEI SEBI
khaerunnisataqiyah@gmail.com
TELAH kita ketahui bersama bahwasannya nabi kita Nabi Muhammad ﷺ pernah berpergian ke kota Thaif bersama sahabatnya yaitu Zaid Bin Haritsah untuk mencari dukungan sekaligus misi dakwah tentunya, di karenakan pada saat itu mekkah adalah tempat tinggal yang penuh akan ancaman untuk umat muslim.
Maka Rasulullah berharap dapat berhijrah ke kota thaif yang mana kota tersebut sangat indah, kota yang daeranya sangat sejuk juga tanah yang subur, kota ini terkenal dengan kebun anggur yang tumbuh dengan sangat baik juga kota yang terkenal dengan madunya.
Namun setelah perjalanan jauh Rasullah ﷺ sama sekali tidak disambut oleh penduduk di sana, yang terjadi ialah pencacian juga perlakuan buruk dari penduduk setempat. Bayangkan teman-teman, jika teman-teman sehabis perjalanan jauh tentulah berharap akan ada penyambutan hangat juga penjamuan walau hanya setetes air putih.
Sayangnya Rasulullah ﷺ, pemimmpin kita, nabi tercinta kita tidak medapatkan perlakuan istimewa tersebut melainkan sebaliknya.
BACA JUGA: Mudah dan Praktis, Begini Cara Atasi Keluhan pada Mata dengan Bahan Alami
Keluhan Menjadi Doa, Belajar dari Rasul
Apakah beliau mengeluh? Marah? Jawabannya jika jawaban teman-teman adalah ya maka itu salah teman-teman.
Beliau sama sekali tidak mengeluh, bahkan tetap mendoa kan penduduk Thaif dengan doa yang baik. Sedangkan kondisi beliau sangat parah karena di lembari bebatuan juga kotoran hewan.
Bahkan malaikat yang menjaga gunung di daerah thaif memberikan tawaran untuk menghukum penduduk di sana setelah beliau memanjatkan doa.
Beliau berdoa sambil bersembunyi dari kejaran penduduk Thaif di sebuah kebun anggur doanya ialah: “Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
“Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)
Dari sini kita dapat menilai sebesar itu nabi kita tercinta bersabar, selembut itu hatinya hingga ketika beliau dilukai beliau tidak membalasnya dengan perlakuan yang sama akan tetapi dengan doa yang baik untuk mereka dan keturunannya.
Keluhan Menjadi Doa, Jika Mengeluh Tiada Habisnya?
Pengorbanan beliau tidak sebanding dengan pengorbanan diri kita saat ini, permasalahan beliau yang rumit tidak sebanding dengan permasalahan kita yang mungkin hanya badai kecil. Kita bahkan lelah sedikit mengeluh, cape sedikit ngeluh, sakit sedikit mengeluh. Sedikit, sedikit mengeluh tanpa ada habisnya.
BACA JUGA: 10 Adab Doa
Coba kita praktikkan apa yang Rasulullah ﷺ lakukan ketika beliau ingin mengeluh tapi malah merubahnya dengan doa.
Barangkali jika kita menerapkannya hati kita akan lapang dalam menerima segala ketentuan yang ada, dan jika doa itu terkabulkan maka itu adalah sebuah berkah untuk diri kita yang telah mengganti semua ucapan keluhan dengan doa yang baik.
Wallahu A’lam Bishawab. []