Oleh: Yeni Apriani
Ibu Rumah Tangga
Depok
emakpeduligenerasi@gmail.com
30 hari berlalu, puasa telah dijalankan, tanpa sadar telah berada di penghujung Ramadhan dan berakhir di bulan Syawal. Ramadhan bulan penuh berkah, penuh rahmah dan selalu menjanjikan ampunan, kini pergi meninggalkan.
Sebagai kaum Muslim yang beriman pasti merasa sedih akan perpisahan ini sebagaimananya para salaf, Ibnu Rajab dalam kitab Latha’if Al-Ma’arif, halaman 232, mencoba melukiskan perasaan tersebut, “Bagaimana bisa seorang mukmin, kata beliau, tidak meneteskan air mata ketika berpisah dengan Ramadhan, Padahal ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa dengannya lagi.”
Hati orang-orang yang bertakwa mencintai bulan ini dan bersedih karena pedihnya jiwa ketika harus berpisah dengannya. Wahai bulan Ramadhan, mendekatlah, berderai air mata para pecintamu, terpecah hati mereka karena perihnya berpisah denganmu.
Beliau melanjutkan, “Semoga perpisahan ini mampu memadamkan api kerinduan yang membakar, semoga masa bertaubat dan berhenti berbuat dosa mampu memperbaiki puasa yang rusak, Semoga yang terputus dari rombongan orang yang diterima amalannya dapat menyusul. Semoga tawanan dosa-dosa bisa terlepaskan, Semoga orang yang seharusnya masuk neraka bisa terbebaskan. Dan semoga rahmat Allah bagi pelaku maksiat akan menjadi hidayah taufik.”
Ditambah dengan kekhawatiran akan ibadah kita yang belum dijamin kelayakannya oleh Allah SWT. Maka itu patutlah kita berintropeksi diri, sudahkan kita melakukan yang terbaik di bulan Ramadhan ini jangan sampai kita termasuk golongan orang orang yang hanya mendapat lapar, dahaga dan lelah saja. Na’uzubillah
Maka sudah seharusnya kita berbuat amal kebaikan di bulan Ramadhan selagi sempat, karena tidak ada yang menjamin kita masih bisa berjumpa dengan ramadhan berikutnya.
Kekhawatiran para salaf akan hal itu membuat mereka terus berdoa, “Wahai Rabb kami, terimalah setiap amal ibadah kami di Bulan Ramadhan, terimalah puasa kami, terimalah shalat kami, ruku’ kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Tidak hanya berdoa di akhir Ramadhan saja. Mereka pun berdoa selama enam bulan berturut-turut setelah Ramadhan, agar amal-amal di bulan Ramadhan mereka diterima Allah, Subhanallah betapa istimewanya bulan ini. Dan sekarang kita berpisah dengannya.
Maka dari itu, tidak hanya bersedih kita juga harus terus berdoa, beramal baik setelah Ramadhan agar kita dapat berjumpa lagi dengan bulan tersebut. Sebagaimana Bisyr Al-Hafi berkata, “Sejelek-jelek kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah Ta’ala di bulan Ramadhan”. Semoga kita tidak termasuk golongan orang tersebut, dan dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan oleh Allah swt. Ingat ya teman teman, Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba yang Rabbaniyah (hamba Allah yang sesungguhnya). []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word