PENGINGAT diri buat kita calon jenazah.
Dalam waktu 24 jam beberapa hari yang lalu, kubaca berita secara berurutan dari teman dekat di facebook, tentang duka ditinggalkan anggota keluarga ‘berpulang’, juga sekaligus tiga jiran dan keluarga dari bibi’ ART di Jambi yang qadarulloh meninggal dalam waktu hampir bersamaan.
“Bu, ketika saya menelepon ke Jambi, ikutan nangis lama, bu…” ceritanya seraya membantuku di rumah beberapa hari yang lalu. Setelah keponakannya tiba di Jambi (meninggal dunia di Rumah sakit jantung, Jakarta), tetangga di depan rumahnya mengabarkan pula bahwa ibu mereka meninggal dunia ketika sedang tidur. Lantas ibu Rukun Tetangga datang bergegas ingin membantu kesana. Beberapa menit disana, lalu bu RT pulang ke rumah. Tak disangka bu RT terkena serangan jantung dan meninggal dunia pula saat itu.
Antusias dan haru suasana disana, “Bu, sehingga di siang itu mereka disholatkan dan dimakamkan oleh jamaah masjidnya yang ramai sekali… belum pernah kejadian begini, bu, sampai pengurus jenazahnya tampak lelah mondar-mandir di kediaman tiga keluarga ini.” Begitulah, bibi’ mengusap air mata seraya masih mengerjakan tugasnya.
Ditambah beberapa menit berikutnya, dua orang tua teman lain yang berkirim sms, sama, mengabarkan kematian anggota keluarga. Berlanjut salah satu kakak sepupu bapakku yang selepas isya’ malam itu menghembuskan nafas terakhirnya…
Ada pula satu grup kecil sahabat ‘pejuang kanker’ yg pada awal tahun 2013 dikunjungi oleh teman-teman #pedulikanker , biasanya kami rajin bertukar kabar dengan inbox Fb.
Sudah lama tak kutanyakan berita tentang mereka sepanjang kehamilan dan melahirkan tahun lalu, qodarulloh ternyata grup kecil yang biasa kukunjungi seminggu sekali itu sudah habis tak bersisa di tahun lalu. (kurang lebih ada 10 orang pasien dalam stadium akhir…)
…
Innalillahi wa inna ilayhi roji’uun… terasakah bahwa antrian makin dekat, duhai sahabat…
Tiap menit harus berhias istighfar… Terpikirkah kita kalau selanjutnya berita kematian itu tertulis ‘info nama kita’ yang berpulang kepadaNya…?!
Faghfirlana…
[Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau].” (makna sayyidul istighfar, HR. Bukhari no. 6306)
Tatkala RUH manusia telah meninggalkan jasad, sadarlah kita bahwa jasad sudah tidak ada gunanya lagi. Berhenti seluruh aktifitas anggota tubuh kita, Mata sudah tak bisa melihat, Telinga sudah tak bisa mendengar, Hidung sudah tak bisa menghirup udara, Mulut sudah tak bisa berucap, Jantung tak berdetak, Kaki tak bisa berjalan lagi.
Benarlah bahwa manusia adalah jiwa, Manusia adalah RUH, bukanlah jasad. Karena jasad tanpa RUH adalah seonggok bangkai yang tak ada gunanya, tidak bermanfaat bagi yang lainnya, bahkan perlu dikuburkan, karena akan menimbulkan mudharat bagi manusia lainnya.
Sadarkah kita, selama ini kita hias-hias dan kita pedulikan adalah jasad melulu?! Kita sepakat bahwa yang utama dan paling penting pada diri manusia adalah RUH, namun riasan dan asesoris jasad biasanya lebih banyak dibandingkan perhatian kita terhadap ‘makanan buat Ruh’. Disadari atau tidak, setiap detik kita tergoda untuk mengabaikan kepentingan utama itu, lupa pada penjagaan jiwa nan bersih.
Puluhan tahun kita hidup di dunia dengan ‘menyibukkan diri pada pujaan orang’, dengan terfokus pada ‘apa kata orang lain’, padahal jiwa pasti tenang jika kita lebih sibuk dzikrulloh dan memikirkan keridhoan Allah azza wa jalla.
Wahai Saudara-saudariku, mari membenahi ruh, dengan memperdalam keislaman dan meningkatkan keimanan kita, sehingga kita mencapai tujuan utama kita, yaitu bertemu dengan Rabb yang selama ini kita ibadahi, di surgaNya kelak.
Tidak ada alasan resah atau bersedih atas perubahan-perubahan pada jasad, RUH tetaplah dalam wujud terindah nantinya apabila kita dinyatakan “lulus” menjalani kehidupan fana ini.
Faghfirlana… Allahumma hawwin ‘alaina fi sakaratil-maut… Allahumma takhtim ‘alaina bi husnil khatimah, wa la takhtim ‘alaina bi su’il khatimah. Aamiin. []