KEMATIAN merupakan suatu hal yang pasti terjadi bagi setiap makhluk hidup, tak terkecuali pada manusia. Kapan seseorang akan meninggal pun sudah ditetapkan ketika dirinya masih di dalam kandungan, ketika ruh ditiupkan.
Tidak seorang pun yang boleh menyandarkan kabar mengenai hal gaib kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan hadis yang sahih.
Pernyataan mengenai ruh sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah dan para sahabat. Para nabi diperintah oleh Allah SWT. untuk menjawab, “Ruh itu adalah urusan Rabb-ku” (QS. Al-Israa: 85).
Dulu menjelang wafatnya nabi, Allah SWT. memperlihatkan pahala yang berlimpah dan ganjaran besar yang akan mereka dapatkan di sisi-Nya di akhirat. Allah SWT juga memberikan pilihan kepada mereka apakah ingin tetap di dunia atau pindah ke tempat yang sangat mulia. Tidak diragukan lagi bahwa Nabi memilih ke tempat yang abadi yakni akhirat.
BACA JUGA: 5 Hikmah di Balik Kematian
Berdasarkan HR. Bukhari, Aisyah berkata ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala beliau di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat.
Dan tak lama kemudian ia sadar kembali, lalu beliau menatap ke atas langit-langit rumah sambil mengucapkan ya Allah pertemukanlah aku dengan teman-teman yang paling mulia.
Aisyah berkata, dengan demikian Rasulullah tidak memilih untuk hidup lebih lama lagi bersama kami. Saya ingat yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika masih sehat, itulah kata-kata terakhir yang beliau ucapkan.”
Setiap orang yang dicabut ruhnya oleh malaikat pencabut nyawa (malaikat Izrail), maka tidak ada sekejap matapun ruh tersebut digenggamannya. Melainkan ruh tersebut langsung dipegang oleh dua malaikat yang akan mengantarkannya ke langit.
Bagi seorang muslim yang sholeh dan taat kepad Allah Swt., maka sebelum diantar di langit ia dibalut dengan kain kafan dari surga dan diberi wangi-wangian dari surga yang wanginya melebihi minyak Kasturi.
Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya (Q.S. Al-An’an).
Para malaikat penjaga pintu langit membuka pintu-pintu langit untuknya sambil berkata Ruh siapa yang wangi dan harum ini? Malaikat pengantar ruh mengatakan Fulan bin Fulan dengan nama terbaik yang diperolehnya di dunia.
Para malaikat di langit dan bumi berdoa agar rahmat baginya dan agar ruh tersebut naik melalui arah mereka.
Lalu tiap malaikat di setiap langit turut mengantarkannya sampai langit ke tujuh untuk bertemu dengan Allah SWT.
Para malaikat mengantarkannya sebagai bentuk kehormatan atau kemuliaan. membedakan keberadaan roh-roh selain para Nabi itu sebagai berikut.
1 1. Kematian: roh-roh yang berada di badan burung
Berwarna hijau yang berlalu lalang dan pergi di surga menurut kehendaknya. Ini adalah roh para syuhada. Tetapi, itu pun tidak berlaku bagi mereka semua.
Di antara para suhada, ada roh yang tertahan, sehingga tidak bisa masuk surga. Mereka tertahan karena mempunyai utang atau sebab lainnya.
BACA JUGA: 8 Perjalanan Setelah Kematian
2 2. Kematian: roh yang tertahan di kuburnya
Seperti hadis tentang orang yang mencuri mantel, lalu dia mati syahid di peperangan. Orang-orang pada saat itu berkata, Selamat bagi dirinya yang mendapatkan surga. Nabi SAW bersabda menimpali, Demi yang diriku di tangan-Nya, sesungguh-nya mantel yang dia ambil itu menyalakan api di dalam kuburnya.
3 3. Kematian: roh yang berada di pintu surga
Roh kategori ini seperti di sebutkan dalam hadis Ibnu Abbas, Para syuhada berada di atas aliran sungai di pintu surga dalam tenda berwarna hijau. Rezeki mereka keluar dari surga setiap pagi dan petang hari. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
4 4. Kematian: roh yang tertahan di bumi
Kematian Roh ini tidak bisa naik ke Al-Mala’ul-A’la. Roh ini terhina dan terikat dengan bumi. Ibnu Qay yim menyebut, jiwa yang memiliki sifat bumi tidak akan bisa berkumpul dengan jiwa yang memiliki sifat langit, sebagaimana keduanya tidak bisa berkumpul ketika berada di dunia.
BACA JUGA: 5 Hikmah di Balik Kematian
Jiwa yang selagi di dunia tidak mau mencari makrifat tentang Rabb-nya, tidak mencintai-Nya, tidak menyebut-Nya, tidak bersanding bersama-Nya, dan tidak taqarrub kepada-Nya, jiwa itu memiliki sifat bumi dan terhina.
Dia tidak akan beralih dari bumi itu. Sebaliknya, jiwa yang memiliki sifat ketinggian, selagi di dunia senantiasa mencintai Allah, menyebut nama-Nya, taqarrub kepada-Nya, dan bersanding dengan-Nya.
Setelah roh itu berpisah dari badan, ia berkumpul dengan roh-roh lain yang memiliki sifat yang sama. Allah menjadikan roh orang mukmin bersama roh-roh lain yang bagus bentuknya.
Setelah roh berpisah dari badan, ia akan mencari bentuknya dan pasangannya serta orang-orang yang memiliki amal sama. Mereka kemudian bersama-sama berada di tempatnya. []