ADA kejadian yang menarik dan akan terus diingat menjelang detik-detik kematian Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad.
Orang-orang Quraisy yang suka mengusik Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam di rumah beliau ialah Abu Lahab, Al-Hakam bin Al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abu Mu’aith, Adi bin Hamra’ Ats-Tsaqafi dan Ibnu Al-Ashda’ Al-Hudzali. Mereka adalah tetangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di antara mereka, yang masuk Islam hanyalah Al-Hakam bin Abu Al-Ash. Suatu ketika, salah seorang dari mereka melemparkan usus kambing kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam pada saat beliau sedang shalat. Jika dilempari oleh mereka, beliau keluar dengan membawa ranting pohon kemudian membersihkan usus tersebut sambil berkata, “Hai Bani Abdu Manaf, hubungan bertetangga macam apakah ini?” Kemudian beliau melemparkannya di jalan.
Ibnu Ishaq menuturkan: Pada tahun ini Khadijah wafat dan pada tahun yang sama, Abu Thalib juga meninggal dunia. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam mendapatkan banyak sekali ujian kehidupan setelah wafatnya Khadijah, karena sebelumnya Khadijah bagaikan penasihat beliau yang jujur dalam Islam; beliau mencurhatkan seluruh persoalannya kepadanya. Pasca kematian Abu Thalib kehidupan beliau kian bertambah sulit, karena Abu Thalib adalah pelindung beliau, pemelihara dalam semua urusan beliau, orang yang sangat senantiasa mendukung dan membantu dalam menghadapi kaum beliau. Peristiwa tersebut terjadi tiga tahun sebelum Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah.
BACA JUGA: Tekad Abu Thalib Lindungi Rasulullah
Tatkala Abu Thalib wafat, orang-orang Quraisy semakin leluasa mengganggu Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam yang tidak mungkin mereka dapat melakukannya semasa Abu Thalib masih hidup.
Suatu ketika Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dihadang oleh laki-laki stress dari Quraisy kemudian ia menaburkan tanah ke atas kepala beliau.
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah bercerita kepadaku dari ayahnya, Urwah bin Zubair yang berkata, “Setelah orang stress tersebut menaburkan tanah ke atas kepala Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, beliau pulang ke rumah dalam keadaan tanah tadi masih ada di atas kepala beliau. Salah seorang dari putri beliau berdiri untuk membersihkan kepala beliau sambil menangis.
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Jangan menangis, karena sesungguhnya Allah senantiasa menjaga ayahmu.”
Beliau juga berkata, “Orang-orang Quraisy selalu gagal melakukan aksinya kepadaku hingga Abu Thalib meninggal dunia.”
Pada saat orang-orang Quraisy mendengar sakit Abu Thalib, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Sesungguhnya Hamzah dan Umar telah masuk Islam dan Islam telah menyebar luas di kabilah-kabilah Quraisy secara keseluruhan. Oleh karenanya, mari kita jenguk Abu Thalib dan menasihatinya agar menghentikan dakwah keponakannya. Demi Allah, kita tidak akan pernah merasa hidup nyaman kalau dia menguasai masalah kita.”
Orang-orang Quraisy itu lalu datang kepada Abu Thalib dan merayunya. Mereka adalah Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan Abu Sufyan dalam rombongan tokoh-tokoh Quraisy. Mereka berkata kepada Abu Thalib, “Hai Abu Thalib, seperti telah engkau ketahui sesungguhnya engkau bagian dari kami dan kami khawatir atas kondisimu. Sungguh engkau telah menyaksikan sendiri pertentangan antara kami dengan ponakanmu. Oleh karenanya, panggillah dia, katakan apa yang dia mau, maka kami akan mengabulkannya dan setelah itu kami sebutkan keinginan kami yang harus dia penuhi agar dengan cara itu, ia menahan diri dari kami dan kamipun menahan diri dari dia, dia membiarkan kami pada agama kami dan kami membiarkannya berada pada agamanya.”
Abu Thalib memanggil Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau datang menemui Abu Thalib.
Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, “Wahai keponakanku, orang-orang ini adalah pembesar kaummu. Mereka sepakat untuk memberikan sesuatu kepadamu dan sebagai gantinya mereka mendapatkan sesuatu pula darimu.”
Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam bersabda: “Baiklah, Wahai pamanku, hanya ada satu kalimat. Jika mereka memberikannya padaku, maka mereka dapat menguasai Arab, dan orang-orang non-Arab akan tunduk kepada kalian.”
BACA JUGA: Selalu Lindungi Rasulullah, Abu Thalib Pilih Agama Nenek Moyang
Abu Jahal berkata, “Ya, jangankan satu, sepuluh kalimat pun boleh kau ucapkan.”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Katakanlah Laa Ilaaha ilia Allah dan tinggalkan apa saja yang kalian sembah selain Allah.”
Tokoh-tokoh Quraisy bertepuk tangan, kemudian mereka berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau mau menjadikan tuhan-tuhan itu satu saja? Sungguh, ini sangatlah konyol.”
Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Demi Allah, orang ini hanya mempermainkan kita. Pulanglah kalian dan berpegang teguhlah kalian kepada agama leluhur kalian, hingga Allah memutuskan perkara di antara kita dan dirinya.”
Setelah itu, mereka keluar berpencar dari rumah Abu Thalib.
Kemudian Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, “Demi Allah, wahai ponakanku, permintaanmu itu sebenarnya sangatlah ringan.”
Ketika Abu Thalib berkata seperti itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam mengharapkannya masuk Islam.
Beliau berkata kepada Abu Thalib, “Wahai pamanda, ucapkanlah satu kalimat, maka dengan kalimat tersebut engkau akan mendapatkan syataatku pada Hari Kiamat.”
Ketika Abu Thalib melihat keseriusan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam terhadap dirinya, ia berkata: “Wahai keponakanku, kalaulah bukan karena aku khawatir mendapatkan kecaman terhadapmu, anak-anak kakekmu sepeninggalku dan kalaulah tidak khawatir orang-orang Quraisy menuduhku mengatakannya karena aku takut mati, pastilah aku mengucapkannya. Aku juga tidak mau mengucapkannya hanya untuk menyenangkanmu.”
Ketika ajal Abu Thalib semakin dekat, Al-Abbas melihatnya menggerak-gerakkan kedua bibirnya, kemudian ia mendengarnya dengan telinganya. Al-Abbas berkata kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, “Wahai keponakanku, demi Allah, sungguh saudaraku telah mengucapkan kalimat tersebut.” Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tidak mendengar.”
Ibnu Ishaq berkata: Allah ‘Azza wa Jalla lalu menurunkan ayat tentang orang-orang Quraisy tadi.
BACA JUGA: Siksaan Kaum Quraisy kepada Ja’far bin Abu Thalib dan istrinya Asma’ binti Umais
Shaad, demi Al Quran yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.” Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, (QS. Shaad: 1-7).
Agama terakhir dalam ayat di atas ialah agama Kristen, karena mereka berkata: “Sesungguhnya Allah adalah satu dari yang tiga” (QS. al-Maidah: 73). “Dan ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan” (QS. Shaad: 7) Tidak lama kemudian, Abu Thalib meninggal dunia. []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media