“INNAA lillaahi wa innaa ilaihi raajiu’un,” sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita semua kembali. Kalimat tersebut tercantum dalam QS Al Baqarah: 156. Allah memerintahkan agar kalimat tersebut dibaca ketika manusia mengalami musibah, termasuk saat mendengar kabar kematian.
Kalimat itu pula yang kini mengalir dari penjuru tanah air bahkan luar negeri atas wafatnya 2 ulama Indonesia dalam 2 hari berturut-turut, yakni Syekh Ali Jaber pada Kamis (14/1/2021) dan Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf pada Jumat (15/1/2021).
BACA JUGA: Inilah Sederet Ulama yang Wafat pada Januari 2021, Termasuk Syekh Ali Jaber dan Habib Ali Assegaf
Indonesia baru saja kehilangan 2 ulama panutan. Umat Islam pun diliputi kesedihan.
Ada beberapa alasan mengapa kehilangan atau kepergian ulama menjadi kesedihan besar bagi umat Islam. Berikut ini alasannya, sebagaimana diungkap hadis dan para ulama:
1 Meninggalanya ulama adalah musibah bagi umat
Rasulullah SAW bersabda:
“Kematian ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR Al-Baihaqi)
2 Hilangnya petunjuk
Rasulullah SAW bersabda:
“Pemisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk kepada orang yang berada di gelap malam, di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk.” (HR Ahmad)
3 Tercabutnya ilmu
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الله لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ من العِبادِ ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حتَّى إذا لَمْ يُبْقِ عَالِمٌ اتَّخَذَ الناس رؤسَاً جُهَّالاً ، فَسُئِلوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا-البخاري
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan.” (HR Al-Bukhari)
Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari menyatakan, maksud dari hadis ini adalah anjuran belajar dan mengajarkan ilmu. Karena ilmu tak hilang kecuali karena wafatnya ulama. Selama ada orang yang mempelajari ilmu, maka ilmu tak akan hilang dari muka bumi.
BACA JUGA: Warisan Ulama Salaf
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Ambillah (pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi.” Sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?” Rasulullah menjawab: “Perginya ilmu adalah dengan wafatnya orang-orang yang membawa ilmu (ulama).” (HR Ad-Darimi, Ath-Thabarani)
4 Tanda datangnya kiamat
Dari Anas bin Malik, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَمِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيُثْبتَ الجَهْلُ
“Sebagian tanda datangnya Hari Kiamat diangkatnya ilmu dan tinggallah kedunguan (kebodohan).”
5 Hanya iblis yang menyukai kematian ulama
Menurut Imam Baihaqi dari hadis Ma’ruf bin Kharbudz dari Abu Ja’far, berkata:
“Kematian ulama lebih dicintai Iblis daripada kematian 70 orang ahli Ibadah.”
Dalam Kitab Tanqih al-Qaul, Imam Jalaluddin As-Suyuthi menuliskan sebuah hadis Rasulullah SAW:
وقال عليه الصلاة والسلام: {مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ العَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ} قالها ثلاث مرات
“Barangsiapa yang tidak sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik.”
Oleh karena itu, kematian ulama merupakan kesedihan besar bagi umat yang senantiasa berpegang pada ilmu dan ajaran Islam sebagaimana tuntunan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. []
SUMBER: SINDONEWS