Oleh: Fatimah Azzahra
Penulis Tinggal di Bandung, zahraluvtheearth@gmail.com
KAUM muslim di seluruh dunia dikejutkan dengan berita bahwa Pemerintah AS melalui Presidennya Donald Trump, mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Trump berpendapat bahwa hal ini adalah pendekatan baru AS untuk menyelesaikan konflik Israel dan Palestina. Trump mengklaim pemerintas AS tetap bertekad mengejar kesepakatan damai di wilayah itu (internasional.kompas.com, 7/12/2017).
Dunia tidak diam menyaksikan hal ini. Presiden RI Joko Widodo beserta para pemimpin dunia mengutuk keputusan Trump (bbc.com, 7/12/2017), kecuali, Netanyahu yang memuja-muji Trump.
Seperti yang kita ketahui bahwa negeri Syam, termasuk di dalamnya Palestina, adalah negeri yang dijanjikan bagi kaum muslim. Di negeri syam inilah lahir sejumlah nabi dan rasul. Negeri syam ini pun mendapat keistimewaan yang tercantum dalam Qur’an dan Hadist.
Salah seorang ulama Syam Imam Izz bn Abd as-Salam dalam ‘Targhib Ahl Islam fi Sukna Bilad as-Syam’ menafsirkan kalimat, “Bumi yang Kami telah berkahi” dalam surah al-Anbiya ayat ke-71 dan kalimat “Kami berkati sekitarnya” dalam surah al-Isra Ayat ke-1.
Tanah Syam telah dimiliki oleh kaum muslim, sejak diserahkan Patrik Safronifus kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab. Sampai akhirnya, Inggris dan Perancis menjarahnya pasca Perang Dunia I, lewat perjanjian Sykes-Picot. Kemudian Inggris menyerahkannya kepada secara sepihak kepada Yahudi melalui Deklarasi Balfour 1917. Hingga akhirnya, Amerika dan PBB mengesahkan negara Israel pada 1948. Sejak saat itu, kaum muslim dipaksa berstatus stateless, tidak memiliki negara. Dan mulailah pembantaian atas kaum Muslim di tanah Palestina.
Apa yang akan kita lakukan melihat kedzaliman ini? Cukupkah hanya dengan kritik, kecaman hingga kutukan dilayangkan kepada AS? Cukupkah perjanjian-perjanjian damai dilayangkan, walau selalu dikhianati pihak Israel? Sementara saudara kita di Palestina hingga saat ini masih menderita, terlunta-lunta.
Jika dalam rangka bela Islam, bela ulama, jutaan kaum muslim Indonesia bisa bersatu, berkumpul meyuarakan hal yang sama. Yang juga membuat kaum munafik dan musuh Islam gentar melihatnya. Maka, apalagi yang kita tunggu. Momen kedzaliman ini seharusnya bisa membuat dunia bersatu.
Hanya Islamlah yang mampu berdiri tegak melawan kedzaliman, karena iman kepada Allah yang menjadi landasan bagi para pejuang Islam. Para pejuang tak gentar oleh apapun, bahkan rindukan mati syahid di jalan-Nya. Dan yakin Allah akan turunkan pertolongan-Nya bagi hamba-Nya. Apalagi ditambah sabda Rasul.
Anas berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang diantara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Buktikan keimanan kita, buktikan rasa cinta kita kepada saudara muslim Palestina. Wallahu’alam bish shawab. []