MERDEKA adalah lawan dari perbudakan, tentu kita semua ingin merdeka dan merasa bebas, nyaman dan bahagia dalam menjalani hidup. Kita tidak ingin juga terkekang, serta terbatas dan tidak bebas dalam menjalani kehidupan atau ada sesuatu yang memperbudak kita
Bagi seorang muslim kemerdekaan dan kebahagiaan sejati adalah menjadi hamba Allah SWT sepenuhnya dan merasa bahagia dengan menunaikan hak Allah SWT dalam tauhid.
BACA JUGA: Islam Mengajarkan Manusia untuk Berpikir Merdeka
Merasa bahagia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merasa bahagia berakhlak mulia, membantu sesama serta memudahkan urusan orang lain.
Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan mengenai hal ini, beliau berkata, “Menjadi hamba Allah adalah kemerdekaan yang hakiki, Barang siapa yang tidak menghamba kepada Allah, dia akan menjadi hamba kepada selain-Nya.” (Al-Majmu’ Al-Fatawa 8/306)
Menjadi budak dunia dan budak hawa nafsu itu belumlah merdeka.
Dalam hadis disebutkan bahwa manusia bisa menjadi budak dunia dan budak harta. Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.” (HR. Bukhari).
Bagaimana dunia dan harta memperbudak manusia? Yaitu dengan mendorong manusia menjadi tamak dan tidak pernah puas. Misalnya, dunia dan harta yang telah memperbudak dengan seolah-olah mengatakan
“Carilah harta yang banyak”
“Cari lagi harta tersebut, kalau perlu lembur”
“Cari lagi harta tersebut, kalau perlu halalkan segala cara”
Kita pun melakukannya semua perintah harta dan dunia tersebut, seolah-olah harta dan dunia memperbudak kita dan kita ikuti semua perintahnya.
Ketamakan atas dunia karena kita juga diperbudak oleh hawa nafsu kita, hawa nafsu inilah yang banyak menjadikan manusia tersesat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan. Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri. Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allâh di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan rida.” (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no. 1802)
Hawa nafsu juga banyak menyesatkan manusia. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ
“Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-An’am: 119).
Hawa nafsu yang tidak terkendali akan membawa kita ke arah keburukan yang terus menerus.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf,
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53).
Apabila masih diperbudak harta dan dunia, kita belum merdeka sepenuhnya
Masih banyak manusia yang terjebak dalam hal ini. Alih-alih menghamba kepada Allah, malah menghamba kepada hawa nafsu dan setan.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata dalam Nuniyyah-nya, “Mereka lari dari penghambaan (mejadi budak Allah) di mana mereka diciptakan untuk itu, lalu mereka dihukum dengan penghambaan kepada hawa nafsu dan setan” (At-Ta’liqaat Al-Fatawa Al-Hamawiyah Syaikh Al-Fauzan hal. 59).
Dengan menjadi Hamba Allah sejati yang menunaikan hak Allah itulah kemerdekaan yang mengantarkan kepada kebahagiaan
Karena hakikat kehidupan adalah beribadah kepada Allah semata dan melaksanakan perintah-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Menjadi hamba Allah, beribadah mentauhidkan Allah serta menjalankan perintah-Nya adalah sumber kebahagiaan. Hal ini dibahas dalam kitab tauhid agar kita benar-benar menghambakan Allah. Syekh Muhammad At-Tamimi Rahimahullah menjelaskan tanda hamba yang bertauhid, beliau berkata, “(1) jika diberi kenikmatan, dia bersyukur, (2) jika diuji dengan ditimpa musibah, dia bersabar, (3) dan jika melakukan dosa, dia beristighfar (bertaubat), tiga hal ini adalah tanda kebahagiaan.” (Matan Al-Qawa’idul Arba’).
BACA JUGA: Inilah Beberapa Hamba Sahaya yang Dimerdekakan Nabi
Semoga kita bisa menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepada-Nya dan tidak menjadi budak dunia dan hawa nafsu. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata dalam Nuniyyah-nya,
“Ibadah kepada Allah adalah puncak cinta kepada-Nya
Disertai ketundukan hati orang yang beribadah kepada-Nya, keduanya adalah poros ibadah
Di atas kedua poros tersebutlah garis ibadah berputar
Dia tidak akan berputar sampai dua poros tersebut tegak
Dengan melaksanakan agama yang merupakan perintah Rasul-Nya
Bukan mengikuti hawa nafsu, dorongan hati, dan mengikuti setan” (Syarh Qasidah Ibnil Qayyim 1/253). []
SUMBER: MUSLIM