MESIR–Penjual “makanan bekas” mulai biasa ditemui di pasar tradisional di Mesir. Makanan bekas jadi pilihan setelah warga Mesir harus menanggung beban terbesar dari program reformasi ekonomi Presiden Abdel Fatah Al-Sisi, Arabi21 melaporkan pada Kamis (18/4/2019).
Para penjual aneka makanan sisa semakin umum di Kairo, rumah bagi lebih dari 20 juta orang. Mereka menjual sisa-sisa makanan dari restoran dan hotel yang ditawarkan kepada konsumen dengan harga diskon.
BACA JUGA: Terkuak, Israel Ada di Balik Kudeta Militer terhadap Morsi di Mesir
Produk makanan yang cacat, mulai dari daging olahan, pasta hingga keju dan jus, juga ditawarkan. Banyak barang tidak dikemas dan tanpa informasi kadaluarsa.
“Tidak ada yang bertanya tentang kondisi barang, meskipun itu jelek. Namun yang penting bagi warga adalah harganya yang murah,” kata Ahmed Ramadan, seorang pelanggan kepada wartawan.
Pembeli lainnya, Asma Mohammed mengatakan ia terpaksa membeli tulang dan leher ayam bagi lima anggota keluarganya, setelah dia tidak mampu membeli daging di pasar biasa.
“Tulang unggas sekarang dijual seharga 15 pound ($ 0,87), padahal dua tahun lalu hanya lima pound ($ 0,29). Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika saya tidak bisa membeli kaki dan tulang unggas,” kata Asma.
Karena makanan tidak diatur, ada kekhawatiran tentang kualitas sisa-sisa yang dijual, dengan banyak ketakutan bahwa mereka akan terkena keracunan makanan dan penyakit yang disebarkan oleh minuman yang terkontaminasi. Namun, bagi ribuan orang yang kesulitan membeli barang kebutuhan pokok, mereka memiliki beberapa pilihan lain.
Harga bahan makanan pokok, air dan bahan bakar telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir setelah subsidi negara dipotong dan PPN diperkenalkan di negara itu untuk pertama kalinya.
Kebijakan baru tersebut datang sebagai bagian dari komitmen Mesir terhadap reformasi ekonomi yang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sesuai dengan perjanjian pinjaman negara.
BACA JUGA: Kisah Mansa Musa, Orang Terkaya yang pernah Bikin Ekonomi Mesir Anjlok
Namun, kebijakan tersebut telah menambah kesengsaraan finansial jutaan rakyat Mesir yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang mengeluh tidak mampu membeli kebutuhan dasar sejak harga melonjak. []
SUMBER: MEMO