Oleh: Ramadani Ann Al-Qohirohiyyah
annbvl38@gmail.com
KENAPA saudara sesama muslim suka sekali menasihatiku yang enggan berjilbab? Tak hanya itu, kini lelaki sholeh juga sering mengampanyekan urusan berjilbab bagi muslimah sepertiku? Padahal aku bukanlah seperti kebanyakan muslimah lain, yang mudah menutup aurat; berjilbab sampai tidak terlihat lekukan di mana-mana, memakai pakaian longgar, merias wajah tanpa polesan yang terlalu kentara. Itu sungguh berat untukku!
Seharusnya mereka bersyukur, aku orang islam, yang penting tidak seperti kaum nonIslam yang menganggap Tuhan itu punya anak, kalau ternyata sampai sekarang masih enggan berjilbab, sepertinya aku belum dapat hidayah. Bahasa kasarnya, nanti saja; belum waktunya aku bersungguh-sungguh dalam islam.
Hingga pada suatu hari, aku melihat seorang wanita yang berjalan dengan malu-malu di trotoar menuju terminal busway, pakaian sangat syar’i dengan jilbab yang terulur panjang. Sorot matanya cantik, aura wajah yang teduh, kulit wajahnya pun putih bersih bercahaya, padahal make up-nya natural; tidak sepertiku polesan make up-ku yang nyata dan menor.
Aku tidak menyapanya, hanya memerhatikan saja. Dia duduk di sebelahku, sama-sama menunggu busway. Sepuluh menit setelahnya, seorang pemuda yang tampan, berjanggut, aura wajah yang teduh, menundukkan pandangan ketika turun dari mobil pribadinya menuju wanita muslimah di sebelahku.
Tangan kanan menggapai bahu muslimah itu, dan berkata amat mesra, “Maafin Abi ya, Ummi. Tadi Abi mampir dulu ke mesjid, hehe.”
“Iya, gak masalah, Bi.”
Saat itu aku seperti menonton tayangan suami istri yang baru menikah, istrinya terlambat dijemput, kemudian sang suami meminta maaf dengan nada yang lembut dan mesra. Seketika itu, pikiranku tertarik untuk mendapatkan suami seperti dia. Ah, tapi memang tak sebanding dengan diriku, mana mungkin lelaki sholeh berjodoh dengan wanita yang menunda-nunda sholehah sepertiku? Menginginkan sesuatu di luar cerminan diri bagaikan meminum santan disangka susu murni. Berbeda jauh.
Sebenarnya dari lubuk hati yang terdalam, memang mengakui kalau seorang muslimah wajib berjilbab, atas dasar perintah Allah subhanahu wa ta’ala, seperti yang kudengar saat ustadz ceramah agama di mesjid waktu dulu ketika isra’ mi’raj, “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ….” [QS. An-Nur: 31]
Entahlah, mungkin aku suka menunda-nunda menjadi baik dan sholehah, karena terlalu cinta dengan dunia. Seolah akan hidup selamanya, berumur panjang, bersenang-senang karena hidup di dunia hanya sekali, sayang jika tidak dihabiskan dengan berhura-hura. Kalau sudah tua dan sakit-sakitan baru taubat.
Beruntunglah wanita-wanita muslimah yang mudah berjilbab, tidak sepertiku yang enggan karena memikirkan pekerjaanku sekarang, untuk menghidupi seluruh keluargaku. Tapi kemudian aku kembali berpikir dan merenungkan, setelah membaca ayat ketika tak sengaja membuka Al-Quran saat berteduh di mesjid, “Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.” [QS. Ya Sin: 54]
Dan lebih menyesakkan dada; meneteskan air mataku, ketika meneruskan membaca arti dari kelanjutan ayat tersebut ….
“Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,” [QS. Ya Sin: 60]
“Inilah (neraka) Jahannam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu. Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.” [QS. Ya Sin: 63, 64]
Membayangkan akan masuk ke dalam api neraka yang lebih panas 70x lipat dari api dunia, aku seakan ingin berteriak ngeri dan kesurupan, ternyata selama ini hanya mengikuti hawa nafsu dan bisikan setan.
Faktanya, rezeki dari sisi Allah bukan makhluk seperti bos, majikan, atasan, dan lainnya. Kenapa harus takut kelaparan kalau sebenarnya Allah lah yang mengenyangkan? Kenapa harus takut terlihat tidak cantik di mata manusia kalau sebenarnya Allah menginginkan akhlak wanita sholehah?
Seminggu kemudian, aku putuskan untuk menjadi muslimah yang disenangi Allah. Menutupi rambut dengan jilbab, mengerjakan shalat tepat waktu, dan segala kebaktian dalam beribadah hingga muamalah sesama manusia.
Karena, sungguh bodohnya, sangat bodoh, dan bodoh kebangetanlah, jika mengetahui ada pemberian besar di akhirat kalau kita taat, namun sengaja menyia-nyiakannya dengan alasan susah taat demi dunia ini.
Kenapa aku enggan berjilbab? Karena aku tidak tahu dan tidak mau tahu tentangnya, atau bisa jadi aku tahu tapi sengaja menunda-nunda menggunakannya karena tidak sesuai dengan kepribadianku di dunia saat ini. Naudzubillah. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word