TENTU kita telah mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan mukjizat kepada para Nabi. Sebab, mereka adalah para utusan Allah yang mengemban tanggungjawab begitu besar. Sehingga, Allah memberikan kelebihan pada mereka untuk membuktikan kebenaran ajaran yang mereka bawa.
Allah Ta’ala menurunkan mukjizat yang berbeda-beda kepada setiap Nabi yang diutus-Nya. Kepada Nabi Musa ‘Alaihis salam, misalnya, Allah Ta’ala menjadikan baginya tongkat yang bisa berubah menjadi ular yang besar, bisa membelah lautan, dan lain sebagainya. Mukjizat lain juga diberikan kepada Nabi ‘Isa ‘Alaihis salam, Nabi Ibrahim Khalilullah, Nabi Hud ‘Alaihis salam, Nabi Muhammad al-Mushthafa, dan nabi-nabi lainnya.
Dalam perbedaan tersebut, ada hikmah yang agung bagi orang-orang yang beriman. Berikut ini penjelasan Imam Ibnu Katsir tentang perbedaan mukjizat bagi setiap Nabi.
Imam Ibnu Katsir memulai penjelasannya dengan mengatakan, “Mayoritas ulama sepakat, Allah Ta’ala mengutus Nabi dan Utusan-Nya sesuai dengan zamannya.”
Karenanya, Nabi Musa ‘Alaihis salam diberi mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular, bisa membelah lautan, dan menjadi sebab munculnya mata air ketika dipukulkan di atas sebuah batu.
“Yang dominan pada zaman Nabi Musa,” jelas Imam Ibnu Katsir, “adalah sihir dan pengagungan terhadap tukang sihir.” Karena hal itu, “Allah Ta’ala pun mengutus Nabi Musa ‘Alaihis salam dengan mukjizat yang membelalakkan mata dan membuat bingung para tukang sihir.”
Dengan mukjizat yang melebihi semua kemampuan tukang sihir pada zaman itu, maka tukang sihir yang menyadari bahwa mukjizat Nabi Musa bukanlah sihir, melainkan dari Allah Ta’ala, maka mereka pun bergegas beriman kepada Tuhannya Nabi Musa ‘Alaihis salam.
Konteks zaman ini pula yang menjelaskan mengapa Nabi ‘Isa ‘Alaihis salam diberikan mukjizat bisa menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta, serta mampu menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah Ta’ala. Sebab, tutur Imam Ibnu katsir, “Pada masa itu amat marak dengan ilmu kedokteran dan pakar ilmu alam.”
Alhasil, semua yang dikerjakan oleh Nabi ‘Isa ‘Alaihis salam itu tidak akan pernah bisa dilakukan oleh orang yang paling ahli di antara mereka.
“Demikian juga,” pungkas Imam Ibnu Katsir menyampaikan penjelasan, “dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau diutus pada zaman yang dipenuhi oleh ahli bahasa, sastrawan, dan penyair.
Karena itu, Al-Qur’an Al-Karim pun dijadikan oleh Allah Ta’ala sebagai mukjizat baginya. Sebab, tiada yang mempu menandingi keagungan bahasa yang termaktub dalam kitab yang paling mulia ini. “Seandainya jin dan manusia bersatu untuk membuat kitab yang sama, atau dengan sepuluh surat yang sepertinya, atau satu surat saja yang menyerupainya,” tulis Ibnu Katsir, “niscaya mereka tidak akan pernah sanggup melakukan hal itu. Selamanya.” []
Sumber: Kisahikmah.