Oleh: Lidus Yardi
Pemuda Muhammadiyah Kuansing, Riau.
lidusyardi@yahoo.co.id
PERNAHKAH kita menyadari, betapa patuh dan taatnya kita kepada tukang pangkas rambut? Sadarkah kita bahwa segala aturan dan perintah tukang pangkas rambut tidak pernah kita bantah selama ini?
Ketika tukang pangkas rambut menyuruh kita duduk, kita pun duduk. Ketika ia mengikat leher kita dengan kain, bahkan menyelimuti kita dan menyisakan hanya kepala, kita tak curiga.
Lalu! Kepala kita yang beraneka. Ada kepala ulama, presiden, gubernur, bupati, camat, kepala desa, apalagi kepala rakyat biasa seperti kita, yang katanya terhormat, namun di tangan tukang pangkas rambut “habis main.” Semua aneka kepala itu diperlakukan sekehendak tukang pangkas rambut.
BACA JUGA: Beruntungnya Jadi Muslimah yang Taat
Ketika ia geser kepala kita ke kiri, kita pun taat. Ketika ia palingkan kepala kita ke kanan, kita pun patuh. Ketika ia tundukkan kepala kita ke bawah, kita tak pernah bantah. Ketika ia tengadahkan kepala kita ke atas, kita tak curiga. Bahkan, saat ia memegang pisau tajam, kita tak pernah takut. Ia tempelkan pisau itu di leher. Tapi, sambil memejamkan mata, bahkan tertidur lena, semua perlakuan tukang pangkas rambut itu kita nikmati tanpa beban, curiga, dan masalah. Mengapa?
Karena kita berilmu tentang tukang pangkas rambut. Oleh sebab itu, kita berprasangka baik (husnuzhon) kepadanya. Bahwa tukang pangkas rambut dengan segala aturan dan perlakuannya tidak akan pernah mencelakakan kita. Justru sebaliknya, ia akan mendatangkan kebaikan dan kerapian tampilan rambut kita.
Ikhwan fillah, lalu persoalannya, mengapa sikap kita kepada tukang pangkas rambut tidak sama dengan sikap kita kepada Allah SWT? Ketika Allah perintah sholat, justru kebanyakan kita kaum Muslimin meninggalkannya. Ketika Allah suruh menutup aurat, justru kebanyakan Muslimah yang membukanya. Ternyata, ketaatan kita kepada tukang cukur rambut mengalahkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Naudzubillah!
Ada Apa Ini? Karena, kurangnya ilmu kita tentang Allah sehingga tidak melahirkan rasa yakin, takut, dan husnuzhon kepada Allah. Padahal, semakin tinggi pengetahuan kita akan kebesaran Allah semakin rendahlah rasa diri kita sebagai hamba, dan semakin besar penghambaan kita padaNya.
Sebab itu, berilmulah tentang Allah (Lihat QS. Muhammad: 12). Dengan demikian akan memunculkan pada diri kita prasangkaan baik terhadap Allah. Bahwa, segala aturan dan perintah Allah adalah baik untuk kita. Allah tidak zalim dengan perintah dan laranganNya dalam agama yang mulia ini. Justru dengan setiap ketaatan kepadaNya, akan mendatang keberkahan dalam kehidupan kita. Wallahu A’lam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.