BAHAGIA seolah telah menjadi “hewan buruan” semua manusia di Bumi. Demi mendapatkan harta dan tahta manusia rela melakukan apapun dengan dalih untuk mencapai ‘kebahagiaan.’ Meski kenyataannya uang sebanyak apapun tak akan bisa membeli kebahagiaan. Karena bahagia sejatinya berada dalam hati yang taat kepada Allah SWT.
Harta melimpah dan tingginya jabatan bukan jaminan seseorang hidup bahagia. Bisa jadi karena dua hal tersebut, seseorang malah menjadi tidak bahagia .
Mengutip situs MINA paling tidak ada enam hal yang menjadi penyebab mengapa seseorang tidak bahagia. Apa sajakah iu?
Pertama, seseorang tidak akan pernah bahagia karene terlalu banyak keinginan..Dengan kata lain, ia tidak punya tujuan dalam hidupnya. Kebanyakan orang, lebih mementingkan untuk mendahulukan gaya hidup daripada kebutuhan hidup.
Betapa banyak perintah al Quran yang melarang seseorang mengikuti hawa nafsunya. Allah SWT berfirman yang artinya, “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Qur’an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Qs. Al-Mu’minun (23): 71).
Kedua, manusia tidak bahagia karena sering merasa tak puas dengan keadaan dan tak sanggup menerima kenyataan hidup. Semua ini membuat orang larut dalam kekecewaan, menyalahkan bahkan mengkambinghitamkan orang lain, dan lebih sadis lagi menyalahkan takdir.
Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari No. 6438).
Ketiga, manusia tidak bahagia karena terlalu sering membandingkan dirinya dengan orang yang lebih tinggi, sehingga selalu merasa kurang dan merasa Allah SWT tidak adil terhadapnya.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasūlullāh SAW bersabda, “Lihatlah kepada yang di bawah kalian, dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian; sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat yang Allāh berikan kepada kalian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Keempat, manusia tidak bahagia karena ia mencintai kesempurnaan bukan keutuhan, sehingga sulit menerima kekurangan diri dan orang lain dan tidak siap menerima perubahan akan sesuatu yang dianggap sempurna..
Dari Umar Bin Khattab ra beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW perah berkata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezki kepada kalian seperti seekor burung, pagi-pagi ia keluar dari (sarangnya) dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Kelima, manusia tidak bahagia karena terlalu mencintai kesenangan hidup dan tidak siap menghadapi kesusahan, sehingga ia tidak memiliki keterampilan dan keahlian untuk menghadapi aneka masalah.kehidupan.
Tentang sifat dasar manusia yang mencintai kesenangan hidup ini, Allah SWT berfirman dalam Quran yang artinya, “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Thaha : 131).
Keenam, kebanyakan manusia tidak bahagia karena ia sering berburuk sangka kepada Yang Maha Menentukan, selalu menerka-nerka yang akan terjadi, cemas, gelisah dan takut, sehingga kepercayaan dan keyakinannya kepada Allah Sang Pencipta goyah bahkan hilang samasekali. Naudzubilah.
Berburuksangka adalah sifat buruk manusia yang bisa menjadi racun dalam kehidupannya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda bersabda, “Jauhilah oleh kalian berprasangka (kecurigaan), karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dustanya pembicaraan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penawar dari enam racun dunia tersebut adalah bersyukur yang merupakan rahasia terbaik untuk hidup bahagia. Bersyukur berarti berterima kasih kepada siapa saja yang memberi sesuatu yang baik. Bersyukur kepada Allah SWT berarti berterima kasih atas segala kesempatan hidup dan menikmati segala limpahan nikmat yang telah diberikan. Namun, sedikit sekali manusia yang mau bersyukur. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirma yang artinya, “Hanya sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs. Saba’:13). Wallahualam. []
Sumber: http://mirajnews.com/2017/05/ini-sebab-kita-tak-pernah-bahagia.html