“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (HR. Muslim no 2859)
ITULAH keadaan manusia ketika dibangkitkan dari kuburnya. Mereka dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan dalam keadaan tidak dikhitan. Semua umat manusia akan dibangkitkan lagi sebagaimana pertama kali diciptakan, ketika keluar dari rahim ibu.
Kelak manusia akan melanjutkan perjalanan menuju persidangan di hadapan Dzat yang telah menciptakan dan membangkitkannya lagi. Semua akan dikumpulkan dalam dataran luas dan rata. Matahari akan sangat dekat sehingga bercucuran, hingga ada yang tenggelam karenanya.
BACA JUGA: Kiamat Hanya Menimpa Manusia-manusia yang Buruk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.”
Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata, “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata.”
Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Manusia tersiksa di dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya. Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua betisnya. Ada pula yang sampai pinggangnya. Ada juga yang keringatnya sungguh-sungguh menyiksanya.”
Perawi berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menunjuk dengan tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim no. 2864)
Di antara hal yang membuat mencekam adalah didatangkannya neraka pada masa – masa di padang mahsyar tersebut. Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زَمَامٍ، مَعَ كُلِّ زَمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا
“Didatangkan neraka di hari itu, dalam keadaan memiliki 70.000 tali kekang. Setiap tali kekang diseret oleh 70.000 malaikat.” (HR. Muslim no. 2842)
Sungguh hari itu sangat mengerikan. Letih dan lelah menunggu dimulainya persidangan. Manusia lalu pergi kepada Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa ‘alaihimus salaam, meminta supaya memohonkan syafaat kepada Allah Ta’ala, namun mereka tidak mampu untuk mengabulkan permintaan itu.
Mereka semua mengatakan perkataan yang kurang lebih sama, “Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya.”
Akhirnya manusia mendatangi Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan meminta supaya beliau memohonkan syafaat kepada Allah. Beliau pun lantas berangkat hingga sampai di bawah Arsy.
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersujud kepada Allah Ta’ala. Kemudian Allah Ta’ala ajarkan pada beliau pujian-pujian kepada-Nya serta keindahan sanjungan terhadap-Nya yang belum pernah Dia ajarkan kepada selain beliau. Hingga akhirnya Allah Ta’ala pun mengabulkan doa Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut. (HR. Bukhari no. 7510 dan Muslim no. 193).
Kemudian tibalah hari penimbangan, saat amalan seseorang di dunia pasti akan Allah Ta’ala datangkan pada hari kiamat. Termasuk berbagai kemaksiatan dan dosa yang pernah dilakukan manusia semasa di dunia, meskipun tidak ada orang yang tahu dan meskipun semasa di dunia manusia telah melupakannya.
Kemudian manusia akan dikelompok-kelompokkan. Orang zhalim akan dikelompokkan dengan orang zhalim, orang munafik dengan orang munafik dan lain sebagainya. Lantas Allah Ta’ala jadikan tempat tersebut gelap.
BACA JUGA: Bagaimana Muslim Menyikapi Prediksi tentang Kiamat?
Manusia akan melewati jembatan yang terbentang di atas neraka jahannam. Jembatan yang lebih halus dari rambut, lebih tajam dari pedang, licin, menggelincirkan, terdapat besi – besi pengait dan kawat berduri berujung bengkok.
Banyak manusia akhirnya tergelincir dan terjatuh ke dalam panasnya neraka Jahannam, dan tidak ada yang menjamin kita kelak dapat melewatinya dengan selamat.
Sungguh, mungkin terkadang kita terlalu tersibukkan dengan dunia dan melupakan kengerian di hari kiamat. Padahal kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat. Saat ini, hari-hari yang sedang kita jalani adalah kenyataan bagi kita dan hari kiamat itu masih dalam berita yang harus dipercaya.
Kelak di hari kiamat nanti, hari kiamat adalah nyata dan hari ini tinggallah cerita yang akan disesali oleh banyak manusia. Semoga kita mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa selamat dari ngerinya hari akhir. Wallahu a’lam. []
SUMBER: MUSLIM.OR.ID