“SOAL jodoh yang kemarin, harus dipikirkan dengan KEPALA dingin,” makna kepala di sini adalah tenang, santai, atau jernih.
“KEPALA adik dicukur botak,” artinya bagian dari tubuh.
“Janganlah kau besar KEPALA,” artinya sombong.
“Baca baik-baik KEPALA suratnya,” artinya awalan.
“Cantik sekali KEPALA tongkat itu,” artinya bagian atas.
BACA JUGA: Bersyukurlah ketika Diberi Ujian, Allah ingin Anda Lebih Kuat
Ini namanya polisemi atau kata yang memiliki banyak makna.
“Anak KEPALA desa yang ganteng itu,” artinya pemimpin.
.
Tapi kalimat ini selain memiliki kata polisemi, juga ambigu. What is the meaning? Kalimat yang memiliki makna ganda.
BACA JUGA: Rumus Rumah Tangga Bahagia Itu Dua: Sabar dan Syukur
Anak kepala desa yang ganteng itu. Maksudnya? Yang ganteng itu kepala desa atau anaknya? Hm…
Sejenak mengenang memori dulu saat menemani santri As Syifa Boarding School Subang belajar bahasa manusia #eh. Tentang polisemi, tentang ambigu,, tentang kepala.
Bukan sekadar belajar mengolah kata, tapi memaknai kata. Kepala, misalnya kita maknai ia sebagai bagian tubuh. Bukan sekedar bagus, terawat, cakep atau cantik, tapi yang lebih penting adalah isinya, pemikirannya, idenya, gagasannya, cara pandangnya.
Teringatlah pada nasihat salah seorang guru kami, Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi, M.PA, “Kepala ini terdiri dari berjuta-juta sel, dari siapa itu? Allah. Gunakan untuk belajar, gunakan untuk bersyukur.” []