KETIKA sore sepulang kerja, seorang suami melihat istri yang tertidur pulas karena kecapekan bekerja seharian di rumah. Sang suami mencium kening isterinya dan bertanya, ‘Bunda, udah shalat Ashar belum?’ Istrinya terbangun dengan hati berbunga-bunga menjawab pertanyaan suami, ‘sudah yah.’
Lalu istrinya beranjak dari tempat tidur mengambil piring yang tertutup, sore itu istrinya memasak kesukaan sang suami.
BACA JUGA: Ayah, Jangan Lupa Ceritakan Kisah-kisah Islami pada Anak-anakmu
‘Lihat nih, aku memasak khusus kesukaan ayah.’ Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya.
Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan. Istrinya bertanya, “Ayah, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku sama anak-anak paling tidak suka sama kepala ayam.”
Suaminya menjawab, “Itulah sebabnya, karena kalian tidak suka maka ayah suka makan kepala ayam supaya istriku dan anak-anakku mendapatkan bagian yang terenak.”
BACA JUGA: Bentuk Kasih Sayang Ayah, Pesan Nabi Ibrahim untuk Nabi Ismail
Mendengar jawaban sang suami, terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak.
“Makasih ya ayah atas cinta dan kasih sayangmu,” ucap sang isteri. Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda kebahagiaan hadir di dalam dirinya.
Kita seringkali mengabaikan sesuatu yang kecil yang dilakukan oleh sosok ayah kita, namun memiliki makna yang begitu besar, di dalamnya terdapat kasih sayang, cinta, pengorbanan dan tanggungjawab. []
SUMBER: IPHINCOW