GEMPA bumi bisa terjadi kapanpun dan dimanapun tanpa memandang siapa yang menjadi korban. Gempa bumi bisa jadi ujian bisa juga azab yang diturunkan Allah SWT. Tak terkecuali penduduk Madyan, kaum Nabi Syuaib yang memang sudah diberi peringatan untuk berbuat kebaikan, tapi mereka mengingkarinya. Mereka tidak menerima risalah kebaikan yang dibawa oleh Nabi Syuaib as.
Nabi Syu’aib as. diutus oleh Allah untuk memberikan peringatan pada kaum Madyan yang kini merupakan wilayah Yordania. Saat itu orang-orang kafir senang melakukan kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang melintasi wilayah mereka. Kaum Madyan juga menyembah pohon lebat yang disebut Aikah.
BACA JUGA: Ketika Nabi Syu’aib Diancam dan Diusir dari Madyan
Penduduk Madyan mempunyai kebiasaan yang buruk dalam bermuamalah. Mereka menipu dalam melakukan jual beli dan mengurangi takaran dan timbangan. Maka, Nabi Syu’aib mengajak mereka beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik. Ia juga melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan, serta melarang berbuat buruk lainnya.
Nabi Syu’aib berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok…” (QS. Al A’raaf: 85).
Hanya saja, apa yang didakwahkan oleh Nabi Syu’aib tidak didengar oleh penduduk Madyan. Mereka tetap berbuat ingkar dan keburukan. Lantas kemudian, Nabi Syu’aib menakut-nakuti mereka dengan azab Allah SWT jika mereka tetap di atas kesesatan dan kemaksiatan mereka. Tetapi kaumnya malah menjawab ancaman itu dengan mengancamnya dan memberikan pilihan, “Mengikuti agama mereka atau pergi meninggalkan kota mereka bersama orang-orang yang beriman yang mengikutinya.”
Ancaman penduduk Madyan yang tidak beriman itu, tidak membuat Nabi Syu’aib gentar. Ia terus berusaha memberikan peringatan kepada mereka. Hingga, sampai pada suatu titik, dimana mereka sudah tidak bisa lagi diberi peringatan. Akhirnya Nabi Syu’aib berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya,” (QS. Al A’raaf: 89).
Maka Allah SWT menyuruh Nabi Syu’aib agar keluar dari kota itu bersama orang-orang yang beriman karena azab akan turun menimpa kaumnya. Selanjutnya Allah SWT mengirimkan kepada mereka cuaca yang begitu panas yang membuat tanaman kering, sumur kering, dan susu hewan habis. Maka orang-orang pun keluar mencari kesejukan.
Lalu mereka menemukan awan hitam yang sebelumnya mereka kira sebagai hujan dan rahmat. Sehingga mereka berkumpul di bawahnya. Kemudian ditimpakan kepada mereka bunga api yang membakar dan api yang bergejolak. Sehingga membakar mereka semua. Bumi pun berguncang dan mereka ditimpa suara yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka sehingga mereka menjadi jasad-jasad yang mati bergelimpangan.
BACA JUGA: Ketahuilah, Begini Nasab Nabi Syu’aib
Kejadian itu, diabadikan oleh Allah SWT dalam Alquran, “Walaupun sudah diperingatkan berkali-kali untuk tidak melakukan perbuatan menipu dan kecurangan dalam perdagangan, kaum Madyan tetap pada pendiriannya. Karena itulah, Allah kemudian menurunkan azab kepada umat yang membangkang ini melalui sebuah gempa dan hawa panas (berupa dentuman dahsyat yang menggelegar) hingga mereka jatuh bergelimpangan (mati) di dalam rumahnya masing-masing,” (QS. Al-A’raaf: 91).
Setelah kejadian itu, Nabi Syu’aib meninggalkan mereka sambil berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?” []
SUMBER: KISAHMUSLIM