MARI sejenak merenung tentang ksatria hidup yang berusaha memberikan yang terbaik dan selalu berjuang untuk kita. Sembilan bulan kita dalam kandungan: siang malam kita terus dibawanya kemanapun. Lelah, tidak pernah dirasakannya, mengeluh apalagi, ketika tidur kita terus dijaganya hinga posisi tidur kita pun diperhatikannya. Sakit, pegal pasti dirasakannya. Membawa beban dalam perutnya itu sungguh luar biasa susahnya, berjalan terasa berat seakan tersekat, namun tetap tegar. Perut yang buncit it uterus dibawanya kemanapun ia pergi.
Kita pernah lihat ibu yang sedang hamil kan? Atau mendengar seorang ibu yang berbicara bahwa ada yang bergerak-gerak dalam perutnya? Nah, itu adalah aktivitas kita ketika sedang dalam kandungan. Sakit dirasakan oleh ibu kita, namun beliau tampak ceria. Bayangkan dalam kandungan pun secara tidak sadar kita sudah menyusahkan ibu kita.
BACA JUGA: Durhaka kepada Ibu dan Takut kepada Istri, Ciri Akhir Zaman
Makan pun harus banyak karena sari-sarinya pasti tersuplai untuk kita di dalamnya. Namun, seorang ibu tidak pernah menyesal apalagi mengeluhkan kondisi tersebut. Bahkan, senantiasa berharap supaya jabang bayi yang sedang di kandungnya bisa lahir ke dunia dengan selamat. Beliau setia dan bersabar menunggu kelahiran bayinya. Sungguh sangat luar biasa sekali perjuangan seorang ibu.
Bukan hanya saat mengandung, bahkan ketika lahir pun perjuangan ibu belum berakhir. Seluruh tenaganya dicurahkan, staminanya terkuras habis, kesakitan saat proses melahirkan pun sangat luar biasa. Ya, hanya untuk berjuang mengeluarkan sang anak ke dunia, yaitu kita. Bahkan, dengan mempertaruhkan nyawanya, antara hidup dan mati. Sekali lagi, hanya untuk kita. Namun, semua kepayahan, kesakitan, seolah-olah tidak dirasakannya. Biarlah ia kesakitan, yang penting anaknya lahir dengan selamat. Biarlah dirinya meregang nyawa asalkan anaknya bisa hidup.
Apakah mungkin kita bisa membayarnya? Menggantikan sakitnya? Menggantikan perjuangannya? Tidak akan bisa membayarnya. Bahkan kalau dirupiahkan pun tidak akan cukup untuk membayar semua pengorbanan ibu. Karena itu, sangat tidak layak jika kita berbuat dosa kepada ibu, tidak layak kita mendurhakai ibu kita. Perjuangannya, kasih sayangnya yang begitu agung, tulus dan ikhlas, sudah cukup menggambarkan, bahwa sosok ibu patut dihormati, dikasihi dan disayangi, lebih dari apapun.
Kita tidak akan pernah merasakan dunia ini kalaulah perjuangan ibu berakhir di tengah jalan. Kalau ibu adalah seorang yang lemah, kalau ibu tidak pernah berharap kita lahir ke dunia, kalau tidak dengan keyakinannya yang kuat, tentu kita tidak akan pernah terlahir ke dunia ini. Ya, ibu adalah perantaranya. Benar, Allah sangat berkehendak tanpa seorang ibu pun kita bisa lahir, seperti Nabi Adam yang Allah ciptakan secara langsung. Tapi, Nabi Adam itu istimewa. Secara lazim, semua anak lahir dan keluar dari perut seseorang yang bernama ibu.
Saat bekerja, kerap melihat seorang ibu yang senantiasa sabar menghadapi anaknya. Ketika itu, anaknya yang masih kecil rewelnya minta ampun, sampai-sampai anaknya menjerit-jerit, namun ibu itu dengan penuh kesabaran membujuk anaknya dengan aneka cara hingga membuat anak itu terhenti tangis dan jeritannya. Ya, dengan ditepuk-tepuk penuh kelembutan, diayun-ayun dan sampai diberikan susu untuk anaknya itu, beliau berhasil menaklukan kerewelannya.
Sungguh mengagumkan perjuangan seorang ibu! Semasa kecil pun kita kerap melakukan itu kepada ibu. Rewel, menangis, nakal, bahkan mengacaukan semuanya. Namun, dengan penuh kesabaran, dengan penuh perjuangan, dan dengan penuh keikhlasan, ibu kita meredam kerewelan dan tangisan kita serta dengan penuh kasih sayang membimbing kita. Mengingat hal ini, spontan saat itu mata saya berkaca-kaca dan teringat langsung kepada ibu di rumah.
BACA JUGA:Â Malu Jadi Ibu Rumah Tangga?
Kita acapkali menyusahkan ibu, membuanya jengkel, marah, kesal serta membuatnya menangis akibat tingkah laku kita terhadapnya. Namun, sekali lagi, semuanya beliau hadapi dengan penuh kesabaran, sehingga dengan berbagai cara beliau mengarahkan dan menetralkan kita. Menakjubkan sekali perjuangan ibu!
Jangankan masih kecil, bahkan mungkin saat telah dewasa pun kita kerap menyusahkan ibu. Berbuat semau kita yang membuat ibu kita kecewa dan sakit hati.
Apa kita tidak pernah berpikir terhadap perjuangan ibu kita selama ini? Mari kita sama-sama merenungi semua perbuatan kita terhadap ibu kita sendiri. Sadarlah, ibu itu adalah segalanya untuk kita di dunia ini, penerang hidup, penenang hidup, pelengkap hidup dan penyempurna hidup. []
Sumber: Sang Bidadari/Karya: Sendi Rizaldi Supriadi Putra/Penerbit: Hakim
BERSAMBUNG