SAYA pernah menemukan seorang ibu yang ditinggalkan anak-anaknya dan beliau tidak mengurusi ibunya yang kini sudah tua. Padahal, ia memiliki lima orang anak yang masih hidup. Memang, lima orang anaknya itu sudah berkeluarga dan mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri, tapi mengapa mereka bisa setega itu menelantarkan sang bidadari dan mereka tidak memedulikannya? Apa mereka tidak punya hati? Apakah mereka tidak berpikir, bagaimana kalau ia sebagai orang tua, lalu anak-anaknya bisa melakukan yang sama kepada mereka sebagaimana ia telah lakukan kepada ibunya sendiri?
Sungguh mengherankan, di antara lima orang anaknya itu, ada satu anaknya yang tinggal tepat di depan rumah ibunya tersebut. Namun, si anak tadi tidak pernah memerhatikan ibunya apalagi memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu tua tersebut setiap hari berjualan keliling kampung dengan berjalan kaki yang jaraknya hampir belasan kilo menawarkan barang dagangannya ke setiap rumah. Alat-alat yang dijualnya antara lain: kipas tangan, pengki, sapu lidi, dan lain-lain. Sontak saja, hati saya teriris dengan kondisi sang ibu tua ini. Namun, di balik itu, saya sungguh kagum, karena ibu tersebut tidak pernah mengeluh dengan kondisinya tersebut. Ia tetap semangat menjalani hidupnya seorang diri itu.
BACA JUGA: Seperti Uwais Al Qarny, Inilah Bakti Salman Al Farisi kepada Ibundanya
Ya, sungguh miris. Meski saya bukan anaknya, namun melihat kondisi seperti itu rasanya ingin sekali berbicara kepada anak-anaknya jangan sampai menelantarkan ibu mereka sendiri. Apalagi, kondisi beliau yang sudah tua selayaknya diam di rumah dan sudah sepatutnya dialayani, diurus dengan penuh kasih sayang, bukan ditinggalkan dan dibiarkan sendiri banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sudah banyak peristiwa tersebut terjad di sekeliling kita. Padahal, siapa yang menyenangkan orang tua dijamin hidupnya bakalan lempeng. Tidak akan rugi kalau mengurusi ibu yang memang sudah tua, beliau sangat membutuhkan anak-anaknya yang saat ini meninggalkannya, mungkin juga beliau haus akan kasih sayang anaknya dan ingin sekali diperhatikan oleh anaknya. Saya yakin, hal ini pasti dirasakan oleh ibu yang memang ditinggal sendiri oleh anak-anaknya. Masa kita tega sih?
Barangkali, di antara yang sudah berkeluarga ada yang mencari alasan, “Sekarang kan sudah punya keluarga dan gak mungkin mengurus ibu, kita sudah punya kesibukan masing-masing, kita harus mengurus keluarga daripada ibu?” Oke. Namun, mari kita balik pertanyaannya, siapakah yang mengurus dari kecil hingga sekarang, hingga kita sudah dewasa? Siapa yang merawat ketika kita sakit? Siapa yang sudi bangun tengah malam ketika kita menangis dan disusui? Siapa lagi kalau bukan malaikat kita, yaitu ibu.
BACA JUGA: Ibu Merindukanmu
Justru karena kita sudah berkeluarga dan punya kesibukan, kita juga harus kerap memperhatikan ibu kita, karena beliau adalah jalan untuk mendapatkan rezeki dalam kehidupan kita, saya yakin itu. Tidak akan pernah mengurangi jatah rezeki kita, jatah kasih sayang kita, dan tidak akan pernah rugi sedikit pun jika kita lebih memerhatikan ibu kita, dan bahkan Allah akan menambahkan sebuah kenikmatan dan rezeki yang terus mengalir tiada henti. Yakinlah, sesibuk apapun kita, sesusah apapun kita, kalau menyempatkan untuk ibu dan memerhatikannya, pasti curahan rezeki akan terus mengalir. []
Sumber: Sang Bidadari/Karya: Sendi Rizaldi Supriadi Putra/Penerbit: Hakim