ABU Bakar dan para sahabat Muhajirin tidak dapat menyembunyikan kerinduan mereka yang mendalam terhadap kota kelahiran mereka, Makkah.
Kerinduan ini menyebabkan beberapa sahabat sampai menderita sakit, termasuk Abu Bakar.
Aisyah meriwayatkan ketika para sahabat tiba di Yatsrib, banyak di antara mereka yang sakit demam, termasuk di antaranya Abu Bakar dan Bilal bin Rabah.
BACA JUGA: Sahabat Ini Tak Mau Mencukur Rambutnya setelah Diusap Nabi
Aisyah kemudian menjenguknya setelah mendapatkan izin dari Rasulullah.
Aisyah mendekati Abu Bakar dan bertanya, “Wahai ayahku, apa yang engkau rasakan?”
Abu Bakar menjawab dengan bait-bait syair,
“Setiap orang yang melewatkan pagi dengan segala sukacita bersama keluarganya. “Padahal, kematian lebih dekat kepadanya daripada tali sepatunya.”
Setelah itu, ‘Aisyah menjenguk Bilal bin Rabah dan menanyakan kabarnya, lalu Bilal juga bersyair,
“Akankah aku lalui malam disuatu lembah yang penuh dengan pohon idzkir dan jalil. Mungkinkah pada suatu hari akan aku dekati air majinnah Dan akankah tampak olehku Gunung Syamah dan Thafil.”
BACA JUGA: Sahabat yang Dimandikan Malaikat
Aisyah kemudian memberitahukan keadaan mereka kepada Rasulullah. Beliau pun berdoa, “Ya Allah, jadikan cinta kami kepada Madinah sebagaimana cinta kami kepada Makkah. Ya Allah, berkahilah kami di setiap jengkal tanah ini, hilangkanlah demam yang menyelimutinya, dan berikanlah kecukupan air.”
Allah mengabulkan doa Nabi. Para sahabat sembuh dari demam yang diderita. Kaum Anshar kemudian saling membantu mencukupi kebutuhan Muhajirin sampai mereka mandiri.
Sumber: The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq/ penulis: DR. Ahmad Hatta, MA/ Penerbit: Maghfirah Pustaka/ April 2014