Oleh: @bidadari_azzam, Kuala Lumpur, Malaysia
ADA contoh manusia yang hebat diuji oleh Allah SWT. Dialah Nabi Yaakub a.s. Bertimpa-timpa ujian memenuhi hidup Baginda. Apa ucapan Baginda ketika menerima ujian? Lihat dalam makna ayat al-Quran ini:
“Dan (bagi mengesahkan dakwaan itu) mereka melumurkan baju Yusuf dengan darah palsu. Bapak mereka berkata: “Tidak! Bahkan nafsu kamu memperelok kepada kamu suatu perkara (yang tidak diterima akal). Kalau demikian, bersabarlah aku dengan sebaik-baiknya, dan Allah jualah yang dipohonkan pertolongan-Nya, mengenai apa yang kamu katakan itu,” (Yusuf [12]:18).
Subhanallah, Perkataan “Shabrun jamil” adalah perkataan yang menggambarkan keteguhan jiwa orang beriman yang redha dengan ujian dari Allah Yang Maha Kuasa. Ia adalah sabar tanpa keluhan!
Ketika meneliti kisah orang-orang yang sabar, mari baca kisah seorang tabiin tersohor yaitu ‘Urwah bin al-Zubayr r.a.
BACA JUGA: Merenungi Kembali Makna Sabar; Seberapa Sabarkah Saya?
Siapa ‘Urwah?
Beliau adalah anak seorang sahabat nabi yang dijamin syurga yaitu al-Zubayr bin al-‘Awwam r.a. Dia juga anak saudara kesayangan Ummul Mukminin Aishah r.a. karena kakak Aishah adalah Asma’ binti Abu Bakar menikah dengan al-Zubayr.
‘Urwah banyak meriwayatkan hadits dari Ummi Aishah ra. Ketinggian ilmunya meletakkannya antara pakar fiqh di Madinah sehingga ‘Umar bin ‘Abdul Aziz (gubernur Madinah pada masa itu) turut menjadikannya sebagai tempat rujukan.
Manusia hebat memang dipilih Allah SWT untuk diuji. Benar sekali sabda Rasulullah SAW:
Sa’ad bin Abi Waqqas bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling banyak ujiannya? Baginda SAW bersabda, ‘Para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya. Seorang lelaki itu diuji berdasarkan kekuatan imannya.” (Mustadrak al-Hakim).
Pada akhir hidupnya, ‘Urwah diuji hebat oleh Allah SWT dengan dua peristiwa yang mampu menggoncang iman yaitu kakinya dipotong dan anak kesayangannya meninggal dunia dalam satu kemalangan.
Inilah kisahnya saat itu.
Beliau ke Damsyik untuk menziarahi khalifah al-Walid bin Abdul Malik. Dalam perjalanan dia dihinggapi sakit gatal-gatal pada kakinya. Setelah sampai ke Damsyik, gatal pada kakinya semakin parah. Khalifah segera mengumpulkan para doktor untuk merawatnya. Para doktor akhirnya terpaksa memotong kaki ‘Urwah agar mengelakkan jangkitan penyakit kepada anggota lain.
Proses pemotongan kaki pasti menyakitkan, oleh itu, para doktor menganjurkan ide agar beliau minum sejenis air yang mampu menjadikannya pingsan atau mabuk. Dengan cara itu, proses pemotongan kaki tidak akan menyakitkan. Apa jawaban ‘Urwah?
“Tidak aku tahu seseorang beriman kepada Allahu ta’ala sanggup minum sesuatu yang akan menghilangkan fungsi akalnya sehingga membuatkannya tidak kenal Allah. (Aku tak mau minum sesuatu yang memabukkan walaupun ia akan menyakitkan aku!). Ayo! Potonglah kaki ini (tanpa perlu aku dibius).”
Alangkah indah ucapan keberanian ini, Masyaa Allah!
Para doktor menghormati keputusan ‘Urwah.Mereka memotong kakinya sedangkan ‘Urwah hanya diam berzikir kepada-Nya tanpa resah.
Ada juga riwayat lain menyebut, proses pembedahan itu berlaku ketika beliau sedang sholat. Subhanallah! Hebat sungguh sifat sabar yang dimilikinya.
Selepas itu, pada malam yang sama ‘Urwah mendapat berita anak kesayangannya yang bernama Muhammad dijemput Allah setelah jatuh daripada bumbung rumah. Ada juga riwayat lain menyebut Muhammad mati diserang oleh hewan peliharaan khalifah al-Walid ketika dia masuk ke kandang milik khalifah.
Setelah pulang ke Madinah dan menerima ucapan takziah dari ramai penduduk atas dua kehilangan itu, ini jawaban ‘Urwah yang sangat menggetarkan jiwa:
“Ya Allah! Bagimu segala pujian. Anakku ada tujuh orang. Engkau ambil seorang dan Engkau tinggalkan enam orang. Sebelum ini aku ada empat anggota utama (dua tangan dan dua kaki), Engkau ambil satu dan Engkau tinggalkan tiga. Jika Engkau ambil sesuatu daripadaku (sebatang kaki dan seorang anak), maka sesungguhnya Engkau sudah lama memberiku (anugerah). Jika Engkau ujiku maka sesungguhnya Engkau sudah lama memberiku kesejahteraan.” (al-Bidayah Wa al-Nihayah oleh Imam Ibn Kathir dan Siyar A’lam al-Nubala’ oleh Imam al-Dhahabi)
Cobalah pembaca mengulang-ulang kalimat redho ‘Urwah, sungguh makna mendalam itu membuat kita menangis, masih jauh diri ini untuk menjejaki kesabaran beliau.
‘SABAR ITU PADA AWAL MUSIBAH!’
Subhanallah! Kesabaran Indah ini sangat luar biasa. Ternyata beliau sangat menghayati makna kesabaran ketika menerima ‘pukulan pertama’ sesuatu ujian sebagaimana kisah dari sebuah hadits baginda SAW:
“Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di sebuah kubur. Baginda berkata kepadanya, “Takutlah kepada Allah dan sabarlah!” Wanita itu tidak mengenali Rasulullah SAW. Dia lantas berkata dengan kasar, “Pergilah kamu, engkau tidak rasa musibah yang aku alami.”
Setelah Rasulullah SAW berlalu dari situ, seorang sahabat menegur wanita itu dengan mengatakan bahwa orang yang menasehati tadi adalah Rasulullah SAW. Wanita itu terkejut lantas dia segera ke rumah Baginda SAW dan berdiri pada pintu rumah Baginda yang tiada penjaga (pengawal seperti lazimnya kebanyakan raja).
Lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, tadi aku tidak mengenalimu.” Rasulullah SAW bersabda, “Sabar itu pada awal musibah,” (Sahih Bukhari).
Sabar mudah diucapkan pada lidah tapi sangat sukar untuk dijiwai. Hanya orang yang pernah melalui ujian berat dalam hidup mampu merasai betapa lezatnya sabar. Orang yang benar-benar menjiwai sabar akan mendapat ganjaran hebat di akhirat kelak sehingga menjadikan orang lain cemburu memuncak.
Lihat sabda Rasulullah SAW ini:
“Pada hari kiamat kelak, apabila orang yang sehat melihat orang yang banyak diuji (semasa di dunia dan sabar atas ujian tersebut) mendapat pahala yang banyak, (maka orang yang sehat) sangat berharap agar kulit mereka dikoyak dengan gunting semasa di dunia dahulu,” (HR.Tirmizi).
Dan penulis baru-baru ini pun dilimpahkan-Nya banyak cabaran keimanan, ujian hidup yang sebetulnya amat kecil berbanding para nabi dan wali Allah tersebut, sehingga rangkuman kisah tentang sabar di atas amat mampu meningkatkan rasa syukur serta redha dalam jiwa ini.
BACA JUGA: Bagaimana Sabar dan Shalat bisa jadi Penolong?
Tahukah kita, wahai saudaraku…
Bahwa semua muslim Palestina tidak ada yang ‘komplet utuh anggota keluarga’nya. Setiap bulan ada jiran atau sanak keluarga yang meninggalkan dunia ini, bagaimanakah rasanya?!
Dua tahun lalu, juga tiga tahun lalu, ada foto berdiri tegap dan tampak tabah seorang brother di hadapan delapan jenazah anggota keluarganya yang meninggal dunia sekaligus saat zionis melancarkan tembakan. Sang brother sedang bersiap memimpin sholat serta mengantarkan ke kubur, ke tempat yang kita semua akan menyusul kelak. Tiada air mata menetes di pipinya, mungkin saja karena sudah tertumpah di malam-malam saat ia bermunajat.
Sungguh kesabaran teramat indah, tatkala Allah SWT menjadi tempat mengadu yang utama bagi kita. Masya Allah laa quwwata illa billah, dunia ini tempat sementara, bersemangatlah duhai saudaraku…
Semoga kisah ini mampu menyuburkan sifat sabar dalam diri kita. Meskipun tragedi dan penjajahan di atas bumi masih terhampar jelas di depan mata, kita adukan selalu kepada Allah SWT…
Allahul musta’an, Allahul muntaqim, seadil-adil balasan akan datang, Insya Allah! []