ABDUL Wahid bin Zaid berujar, “Kalau kamu pernah melihat Hasan Al-Bashri, pasti akan terucap kalimat: ‘kesedihan seluruh makhluk di dunia seperti tertumpah padanya. Karena isak tangisnya yang tak henti.”
“Kisahkanlah kepada kami sifat-sifat Hasan.” Kata seseorang kepada Abdul Wahid.
Kata beliau, “Semoga Allah merahmati Abu Sa’id (Hasan). Demi Allah, kalau beliau datang, maka seperti habis dari pemakaman sahabat dekatnya. Waktu ia pergi, seolah neraka berada di atasnya. Jika duduk, keadaannya seperti saat tawanan didudukkan untuk dipenggal. Di pagi hari, kondisinya seperti orang yang baru datang dari akhirat. Sore hari laksana orang yang sakit berat.”
Lain lagi cerita Yunus bin Abdillah, “Sekali pun aku tidak pernah melihat Hasan tertawa lepas.”
Di suatu hikayat: Muhammad bin Wasi’ lagi duduk-duduk bersama Tsabit bin Muhammad al-Bunani.
BACA JUGA: Hasan al-Bashri dan Akibat Shalawat pada Nabi
Muhammad melihat Tsabit yang tertawa dan bergurau, ia lalu berkata, “Semoga Allah memberimu ‘afiyah, engkau bersenda gurau kala berkumpul. Aku teringat saat-saat duduk semajelis dengan Hasan, waktu datang, ia seperti datang dari akhirat! Menceritakan tentang menyeramkan dan mengerikannya negeri akhirat.”
Tsabit berkata, “Semoga Allah merahmati Hasan, la memang pemegang alhaq dan sungguh-sungguh. Orang seperti kami tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan beliau. Perbandingan yang tepat antara kami dan Hasan ialah seperti yang dituturkan seorang penyair dahulu,
وابن اللبون إذا ما لز فى قرن …… لم يَسْتَطِعْ صولة النزل القناعيس
“Kalaulah ibnul labun [unta muda) diikat bersama unta dewasa yang besar lagi kuat tentu tak kuasa dia menangkis serangan si unta besar.”
Bait Ini diucapkan oleh salah satu penyair Arab terhandal di zamannya: Jarie Makina. Syair di atas adalah: orang yang lemah dan memang tak memiliki potensi tidak akan bisa meniru orang-orang kuat.
Di suatu hari, Hasan menyendiri, tidak berkumpul dengan manusia. Lalu ada satu orang yang mendatanginya, iia menyampaikan, “Abu Sa’id! Semoga Allah membuat baik kondisimu. Kami takut Anda kesepian.”
“Wahai anak saudaraku. Tidak ada yang merasa sepi jika bersama Allah kecuali orang yang dungu,” jawab Hasan.
Humaid, salah seorang pelayan Hasan, ia pernah bercerita: Suatu hari, asy-Sya’bi berpesan kepadaku, “Jika Hasan sedang sendiri, beritahu aku! Aku ingin menemuinya sendirian.”
Aku sampaikan hal itu kepada Hasan. Beliau pun mengatakan, “Beritahukan, ia bebas datang kapan pun.”
Maka di saat Hasan sedang menyendiri, aku kabarkan kepada asy-Sya’bi. Setelah tahu, ia bergegas pergi. Kami menuju rumah Hasan.
Sesampainya di sana, Hasan ternyata sedang menghadap kiblat sambil berbicara sendiri, “Hai anak Adam! Kau dulu tiada lalu dibuat ada. Jika berdoa, diberi yang kau pinta. Kala datang orang meminta, engkau bakhil kepadanya. Celakalah dirimu! Demi Allah, alangkah buruk sikapmu itu.”
Kami mengucapkan salam kepadanya dan berdiri menunggu sekian waktu. Rupanya tak jua beliau menoleh, masih belum sadar bahwa kami di dekatnya.
Asy-Sya’bi lalu berujar, “Orang ini memang lain daripada yang lain.” Kami beranjak dan batal menemui Hasan. []
SUMBER: HUMAYRO