Oleh: Diarisma Wibowo
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Menjadi ketua umum Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK).
ADA yang membuatku tersenyum kecil dengan lucunya kehidupan ini. Layaknya orang yang teramat bodoh untuk berpikir, namun bangga menyatakan bahwa dirinyalah yang paling pintar. Berusaha untuk menantang kehidupan dengan satu prinsip, namun akhirnya terjatuh dan terpuruk ke dalam sampul keputusasaan.
Pernahkah kalian melihat orang-orang yang mengalami kehancuran di dalam perjalanan rumah tangganya? Atau dua insan dari cucu Adam dan Hawa yang memilih kata berpisah sebagai akhir sebuah pilihan? Mengecap kata sakral yang seharusnya menjadi hirauan. Namun terkalahkan dengan ego dan sifat yang masih kekanak-kanakan.
Hal yang teramat sederhana, menjadi pemicu akan hancurnya sebuah keindahan yang besar. Ketidakcocokan, berlainan prinsip dan jenuh, adalah simbol-simbol dari ciri khas manusia. Kalian mengatakan bahwa hati dan pikiran sudah tidak menyamai. Prinsip tentang sebuah tujuan berbeda dan kejenuhan hati sudah terlalau padat.
Jika aku tanyakan kembali kepada kalian. Sejak kapan kata sama itu kalian dapatkan dari awal pertemuan? Dari mana lahirnya sebuah prinsip yang menurut kalian kembar? Lalu, kepuasan, hingga akhirnya menjadikan kalian jenuh di dalam perjalanan itu sendiri.
Aku muak dengan kilas-balik yang selalu sama. Dulu, kali pertama masa mempertemukan hati di dalam sebuah perkenalan, kalian begitu rakus menghisap madu-madu dari perjalanan waktu. Memakan dan meminum habis semua rasa yang tersedia. Hingga akhirnya kalian menjadi sesat pada seperempat pemutaran kisah.
Ketahuilah, bahwa kesederhanan dari sebuah pernikahan adalah mereka yang mampu mempertahankan sampul kebersamaan hingga kematian datang untuk menjemput. Memisahkan raga yang kita huni untuk sementara, lalu dipersatukan kembali pada rumah terindah. Membiarkan kenang mengukir kisah pedih dan tawa, lalu waktu akan iri setiap kali cerita berputar ulang untuk mendengarkan. Sekarang, tanyakan hatimu. []