IKHLAS dan berdedikasi dalam pekerjaan mungkin menjadi dua hal yang sulit dicari dalam kehidupan yang serba kapitalis ini.
Polisi yang satu ini berbeda dari yang lain, Ia tak malu atas pekerjaan sampingan yang dilakukanya. Menurutnya pekerjaan apapun selagi itu adalah pekerjaan halal maka tak ada alasan malu untuk mengerjakanya. Ia tak ambil pusing dengan perkataan orang lain, ia hanya berharap keberkahan dari pekerjaanya sampingannya ini.
Bripka Seladi, polisi berusia 57 tahun asal Malan, bertugas di Satuan Lalu Lintas Polres kota Malang. Seladi berkantor di Satpas Polresta Malang bagian pelayanan SIM.
Apa yang membuat Seladi berbeda dengan polisi lain? Tak lain karena dia berangkat kerja dengan sepeda onthel warna putih dan memiliki pekerjaan lain sebagai pemulung demi mendapat penghasilan tambahan.
“Saya berangkat pukul lima pagi dari rumah naik sepeda onthel putih. Jarak rumah saya ke Mapolresta Malang ada lima kilometer,” ujar Seladi
Sebelum ditugaskan di lokasi jaga, kami ada apel rutin pukul enam pagi,” cerita Seladi. Sekitar 1,5 jam polisi hebat ini mengatur lalu lintas.
Beberapa pengguna jalan bahkan begitu akrab dengan Seladi sampai menyapa atau melambaikan tangan pada dirinya.
Jika biasanya polisi tinggal di rumah mewah, maka Seladi sangatlah sederhana. Dia tinggal di rumah milik sang mertua di kawasan Gadang bersama istri, Ngatiani, tiga orang anak dan mertuanya.
Setiap pulang kantor pukul 16.00 WIB, Seladi langsung menuju tempat pengumpulan sampah di kawasan Klojen.
Seladi memilah sampah bersama dua orang rekannya, salah satunya yaitu Rizaldy Wicaksono, pemuda berusia 23 tahun, yang tidak lain adalah anak kedua Seladi.
Rizaldy sendiri baru saja lulus dari jurusan Teknik Informatika di Universitas Negeri Malang (UM). Akan tetapi ia tidak malu untuk membantu pekerjaan sampingan ayahnya ini.
Bicara soal pekerjaan sampingannya sebagai pemulung, rupanya sudah dilakukan sejak tahun 2006.
Hanya saja dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Seladi tidak berkeliling mencari sampah dan hanya memisahkan sampah di sebuah rumah.
“Saya kerja apa saja mau. Intinya saya cari berkah. Kalau orang lain menilai buruk, saya tidak tanggapi,” tutup Seladi.
Ketika tujuan ikhtiar kita adalah mendapatkan ridha dari Allah, maka apapun akan di lakukan selagi tak melanggar syari’at Islam. Semoga kita bisa belajar dari semangat Pak Seladi. []
Sumber: silahkanshare