UMAR bin Khattab yang merasa keberatan dengan isi Perjanjian Hudaibiyah, bertanya kepada Rasulullah, “Bukankah engkau adalah Rasulullah?”
“Benar,” jawab Rasulullah.
“Bukankah kita adalah kaum muslimin?”
Beliau menjawab, “Benar.”
Kemudian Umar bertanya lagi, “Bukankah mereka adalah kaum musyrikin?”
BACA JUGA: Perjuangan Hijrah Abu Bakar ke Madinah
Beliau kembali menjawab, “Benar.”
Umar bertanya kembali, “Bukankah engkau mengabarkan pada kami bahwa kami akan mendatangi Ka’bah dan bertawaf?”
“Benar.” jawab beliau.
“Lalu mengapa kita memberikan kehinaan pada agama kita?” tanya Umar yang belum puas dengan jawaban Rasulullah.
Rasulullah pun menjawab, “Aku tidak akan menyelisihi perintah-Nya dan Dia tidak akan menelantarkanku.”
Setelah mendengar jawaban dari Rasulullah, Umar mendatangi Abu Bakar lalu bertanya padanya, “Bukankah beliau adalah Rasulullah?”
“Benar,” jawab Abu Bakar.
Lalu Umar menanyakan pertanyaan yang sama kepada Abu Bakar, Abu Bakar pun menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sama persis seperti jawabn Rasulullah.
Abu Bakar menambahkan, “Aku bersaksi bahwa beliau adalah Rasul Allah, beliau memerintahkan kebenaran. Beliau tidak akan menyelisihi perintah Allah dan Allah tidak akan menelantarkannya.”
BACA JUGA: Ketika Abu Bakar Bagikan Jatah Harta Baitul Mal kepada Rakyatnya
Jawaban yang persis itu sama sekali tidak Abu Bakar dengar dari Rasulullah. Kesesuaian ini adalah karena kesempurnaan Abu Bakar dalam mencontoh Rasulullah.
Rasulullah yang berjanji bahwa kaum muslimin akan memasuki Masjidil Haram dan mencukur rambut mereka (bertahallul) dalam kondisi aman. Akan tetapi Rasulullah tidak menjanjikannya pada tahun ini. Namun Abu Bakar sangat yakin bahwa janji beliau pasti benar dan akan terjadi. []
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.