Oleh: H. A. Kusyairi Suhail, MA
KESHALIHAN sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesempurnaan iman. Seorang mukmin akan sempurna imannya dengan keshalihan sosialnya. Ada dua dimensi keshalihan. Yang pertama adalah sholehah li nafsihi, yaitu kesolehan untuk diri sendiri. Yang kedua adalah sholehah bi ghoiri, yaitu bermanfaat bagi orang lain, inilah kesalehan sosial.
Dalam hadis Bukhari disebutkan, siapa Muslim yang paling utama? Muslim yang paling utama adalah ketika orang Muslim lain selamat dari lisan dan amalnya. Keberadaannya membuat nyaman, aman, tenteram, bagi orang-orang di sekelilingnya. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dalam Alquran banyak sekali disebutkan tentang kesalehan sosial berkaitan dengan keimanan.
BACA JUGA: Orang Beriman Tak akan Biarkan Tetangganya Kelaparan
Dalam Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 77 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.”
Kebajikan, dikaitkan dengan kemenangan. Intinya, di dalam surat Al Hajj itu diserukan, kalian banyak-banyaklah berbuat kebajikan agar kalian beruntung. Sangat penting bagi seorang Muslim bagaimana ia shalih untuk dirinya, dan bagaimana ibadahnya bisa menciptakan kebajikan untuk masyarakat dengan kontribusi sosialnya, peran sosialnya.
Beribadah sendiri bukan jaminan bagi seorang muslim. Ada kisahnya pada zaman Rasulullah SAW, ada seorang wanita yang suka beribadah, namun ia suka menyakiti orang lain. Rasulullah pun mengatakan “masuklah ia ke neraka.” Hal ini disebabkan karena ibadah yang dilakukan wanita tersebut tidak memiliki dampak sosial yang baik.
Di saat yang sama, ada seorang mukmin yang ibadahnya biasa-biasa saja, namun ia selalu berbuat baik kepada sesamanya. Rasulullah pun mengatakan bahwa orang tersebut masuk surga. Ini karena orang tersebut mengartikan ibadahnya sebagai keshalihan sosial.
Namun, keduanya harus seimbang. Karena keimanan sejati menghasilkan keshalihan sosial. Dalam surat Al Ashr disebutkan keunggulan seorang muslim, bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang yang mempunyai dua dimensi keshalihan, yaitu iman dan amal shalih. Ia beribadah tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Ia mempunyai perhatian kepada orang lain, menyuarakan kebenaran, melawan kezaliman, dan proaktif berbuat kebaikan untuk lingkungannya. Jadi, intinya kita harus mentradisikan “berbagi” dengan sesama, tanpa melihat latar belakang mereka.
Memang kita tahu manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa mengendalikan kebahagiaan. Di dalam ajaran islam terdapat zakat, infak. Juga disebutkan barang siapa yang tidak berbagi tidak termasuk golongan orang yang beriman. Ada juga konsep saling memberi hadiah, sehingga menimbulkan rasa saling menyayangi.
Konflik bisa terjadi karena semangat untuk berbagi kurang. Sehingga orang bersifat individualis. Kalau kita saling berbagi, kita akan saling mencintai. Berbagi tidak terpisahkan dari Islam. Dalam Alquran terdapat banyak ajaran untuk saling berbagi seperti zakat, ini adalah bagian dari semangat berbagi. Berbagi ini termasuk dalam kriteria sedekah.
Iya. Itu salah satu bentuk sedekah. Jelas sekali, orang yang perhatian akan memberi sedekah. Islam itu universal. Jadi kita memaknai kesalehan sosial secara universal. Orang menulis, berjabat tangan, bisa termasuk keshalihan sosial. Pemberian harta, pikiran, juga keshalihan sosial.
BACA JUGA: Kematian Seorang Uskup karena Beriman kepada Rasulullah
Kemajuan islam berawal dari ide, ide bisa membawa kemajuan besar. Misalnya pada perang badar, kemenangan islam berawal dari ide besar. Dari ide seorang jundi kepada Rasulullah, bagaimana jika berhenti di tempat yang dekat dari bahan logistik. Memberi waktu, ilmu, harta, dan berinfak adalah bentuk sedekah. Bagaimana kedudukan sedekah dalam Islam?
Sangat agung. Sangat menentukan kesempurnaan keislaman seseorang. Dalam rukun iman saja kita bisa melihat kesalehan sosial. Ini dicerminkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Saat berhaji, bersama-sama di depan Ka’bah, tidak bisa kan kita haji sendiri di rumah? Ini merupakan gabungan dari dua kesalehan, dan ini inti ajaran Islam.
Kemudian shalat ada yang individu, namun ada yang berjamaah, yang pahalanya lebih besar adalah saat kita berjamaah. Puasa di bulan Ramadhan juga kita jalani bersama-sama, sehingga terasa lebih ringan. Islam mencakup semua itu, keshalihan sosial dalam Islam sangat penting dan saling memengaruhi.
Seorang Muslim tidak sempurna imannya kalau tidak memiliki keshalihan sosial. Rasulullah SAW pun setelah mendapat wahyu tidak berdiam diri di rumah, melainkan ke rumah dan berbagi. Islam bisa sampai ke seluruh dunia karena ditanamkan konsep berbagi. Inikah sebabnya Islam disebut sebagai agama sosial?
Islam adalah agama yang sangat peduli pada masalah sosial. Concern dengan masalah sosial. Di dalam Islam tidak boleh ada kesenjangan ekonomi. Ada ajakan untuk semangat bekerja. Tidak boleh menimbun harta. Juga kriminalitas, larangan berzina, mencuri, yang tujuannya untuk menghadirkan kedamaian. Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin, bagaimana seluruh jagad raya terwarnai dengan kedamaian.
BACA JUGA: Kisah Nabi Ibrahim: Kapan dan Dimana Al-Khalil Dilahirkan?
Ada juga ajaran untuk berbuat baik kepada tetangga, tamu. Semua ada dalam Alquran dan hadis. Rasulullah berwajah masam pada tamunya pun, ditegur langsung oleh Allah. Bahkan kebaikan untuk lingkungan, untuk binatang, muamalah dengan yang non-Islam selama tidak berbuat jahat tidak perlu diperangi. Kalau ada Muslim yang tidak peduli terhadap sekitar, dipertanyakan keIslamannya. Adakah contoh di zaman Nabi SAW?
Rasulullah sendiri peduli terhadap lingkungannya. Ketika berada di masyarakat ia peduli terhadap sekitarnya. Berbuat baik kepada kaum Yahudi. Ia dijuluki Al Amin, orang yang dapat dipercaya. Ia berbuat baik kepada kawan dan lawan.
Rasulullah berjanji untuk menolak kezaliman, memberi kedamaian, dan perjanjian ini melibatkan umat antar agama. Begitu pula pada peletakan Hajar Aswad. Semua kabilah diajak bermusyawarah, walaupun Rasulullah memiliki kewenangan untuk melakukannya sendiri. Dalam kesehariannya Rasulullah tidak pernah menolak permintaan tolong orang lain. Beliau selalu mengusahakan untuk memenuhi permintaan orang lain. []