BANYAK segala keutamaan yang disandang oleh Abu Hanifah, beliau juga termasuk orang yang rajin shaum di siang hari dan shalat tahajud di malam harinya. Akrab dengan Al-Qur’an dan istighfar di waktu ashar.
Ketekunannya dalam beribadah di latar belakangi oleh peristiwa di mana beliau mendatangi suatu kaum lalu mendengar mereka berkomentar tentang Abu Hanifah.
“Orang yang kalian lihat itu tidak pernah tidur malam.”
BACA JUGA: Inilah 40 Murid Imam Abu Hanifah
Demi mendengar kata-kata itu, Abu Hanifah berkata, “Dugaan orang terhadapku ternyata berbeda dengan apa yang aku kerjakan di sisi Allah. Demi Allah jangan pernah orang-orang mengatakan sesuatu yang tidak aku lakukan. Aku tak akan tidur di atas bantal sejak hari ini hingga bertemu dengan Allah.”
Mulai hari itu Abu Hanifah membiasakan seluruh malamnya untuk shalat. Setiap kali malam datang dan kegelapan menyelimuti alam, ketika semua lambung merebahkan diri. Beliau bangkit mengenakan pakaian yang indah, merapikan jenggot dan memakai wewangian.
Kemudian beridiri di mihrabnya, mengisi malamnya untuk ketaatan kepada Allah, atau membaca beberapa juz dari Al-Qur’an. Setelah itu mengangkat kedua tangan dengan sepenuh harap disertai kerendahan hati. Terkadang beliau mengkhatamkan Al-Qur’an penuh dalam satu rekaat, terkadang pula beliau menghabiskan shalat semalam dengan satu ayat saja.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa tatkala shalat malam secara berulang-ulang Abu Hanifah membaca membaca firman Allah, “Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pasti,” (Al-Qamar: 46).
Beliau menangis karena takut kepada Allah dengan tangisan yang menyayat hati.
BACA JUGA: Transaksi Aneh Jual-Beli Abu Hanifah dengan Seorang Perempuan
Telah diketahui banyak orang selama lebih dari empat puluh tahun beliau melakukan shalat fajar dengan wudhu shalat isya’. Hingga akhir wafat beliau pernah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 7000 kali.
Setiap kali beliau membaca surat Al-Zalzalah, gemetar jasadnya, beretar hatinya. Dengan memegang jenggotnya, beliau berkata, “Wahai yang membalas sebesar dzarrah kebaikan dengan kebaikan dan sebesar dzarrah keburukan dengan keburukan, selamatkanlah hamba-Mu Nu’man dari api neraka dan jauhkan ia dari apa-apa yang bisa mendekatkan dengan neraka, masukkanlah ia ke dalam luasnya rahmat-Mu, ya Arhamarrahimin.” []
Sumber: Buku “Mereka Adalah Para Tabi’in”/ Penulis: Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya/ Penerbit: Pustaka At-Tibyan