SEBELUM menjabat sebagai khalifah, Abu Bakar biasa memerah susu kambing di suatu kampung (as-Sunh). Dan setelah diangkat menjadi khalifah, seorang budak perempuan di kampung itu berkata padanya, “Sekarang dia sudah tidak akan lagi memerah susu kambing di kampung kita.”
Ucapan itu terdengar oleh Abu Bakar, ia pun berkata, “Sungguh, aku masih akan memerahnya untuk kalian. Aku berharap perkara yang aku pikul ini tidak merubah kebiasaan baik yang biasa aku lakukan.”
BACA JUGA: Perjuangan Hijrah Abu Bakar ke Madinah
Abu Bakar sebelum memerah sering menanyakan, “Cair atau kental?” Jika mereka ingin susunya lebih cair, Abu Bakar menjauhkan bejana dari ambing susu, sehingga akan lebih banyak busa. Jika mereka ingin susunya lebih kental, bejana didekatkan hingga tak ada busanya. Abu Bakar tetap tinggal di sana selama enam bulan sebelum akhirnya pindah ke Madinah.
Pernah suatu ketika ada orang yang memberi salam pada Abu Bakar, “Assalam’alaik (salam bagimu) wahai khalifah Rasulullah.” Abu Bakar pun menjawab, “Hanya aku saja yang engkau beri salam di antara seluruh orang di sini?”
BACA JUGA: Keimanan yang Terpatri dalam Hati Abu Bakar
Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, pernah satu tahun Khalifah Abu Bakar tidak menyembelih hewan kurban Idul Adha karena khawatir orang-orang yang tidak berilmu menyangka bahwa hal demikian adalah wajib. Begitu pula yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid, bahwasanya ia melihat Abu Bakar dan Umar tidak menyembelih udhiyah karena khawatir akan diikuti (sebagai suatu kewajiban) oleh masyarakat yang kurang berilmu. []
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.