NAMA ibunda Sarah selalu identik dengan momentum kurban dan ibadah haji.
Waktu merupakan ciptaan Allah SWT. Dalam kehidupan, kita tidak pernah terlepas dari yang namanya waktu. Dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan dan diantara 12 bulan itu, Allah menentukan ada empat bulan yang haram (dihormati) yaitu Bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab (Q.S. At-Taubah; 36).
Sebentar lagi kita akan memasuki Bulan Dzulhijjah, persiapan apa yang sudah kita miliki. Yang harus kita persiapkan adalah ilmu. Ada apa dengan Dzulhijah? Dzulhijjah merupakan bulan yang dihormati, bulan puncaknya pengorbanan, bulan penyembelihan, bulan disempurnakan Din.
Di bulan yang penuh pengorbanan ini, semoga kita bisa meneladani kisah fantastis Ibunda Sarah sebagai istri pertama Nabi Ibrahim. Istri Nabi Ibrahim perlu kita kenali kisahnya. Pasalnya, dari kisah istri Nabi Ibrahim ini banyak sekali pelajaran yang dapat diambil oleh Umat Islam. Istri Nabi Ibrahim ada dua orang, yaitu Ibu Sarah dan Ibu Hajar. Istri pertama adalah Ibu Sarah, sedangkan istri keduanya yaitu Ibu Hajar.
Ibunda Sarah adalah wanita mukmin yang memiliki kecantikan mengagumkan di zamannya. Tak hanya cantik secara fisik, Ibu Sarah juga merupakan wanita yang sangat cantik akhlak dan budi pekertinya. Ia juga sebagai seorang wanita yang ramah, murah bersedekah, dan begitu patuh dengan sang suami yakni Nabi Ibrahim AS.
Kecantikan Sarah yang begitu mengagumkan, membuat seorang raja jahat bernama Raja Fir’aun ingin mempersuntingnya sebagai selirnya. Namun, karena kuasa Tuhan dan doa-doanya yang begitu tulus, Sarah bisa lepas dari raja Fir’aun.
BACA JUGA:Â Raja Zhalim yang Ketakutan ketika Melihat Sarah, Istri Nabi Ibrahim
Oleh raja itu bahkan ia diminta pulang dan diberi hadiah seorang budak bernama Hajar. Ibu Sarah, sebagai seorang istri Nabi yang membawa risalah tentu saja tidak menjadikan Hajar sebagai budaknya saja tetapi juga menjadikan sebagai ladang dakwahnya. Sehingga Hajar memiliki keteguhan iman yang kuat itu hasil didikan dari Ibu Sarah.
Ibu Sarah hidup bahagia bersama Nabi Ibrahim dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Namun ada satu hal yang membuat istri Nabi Ibrahim ini merasa sedih, dalam pernikahannya yang telah berjalan sangat lama, ia dan suami belum juga dikaruniai seorang anak. Meski begitu, baik ia maupun Nabi Ibrahim tetap sabar dan terus berdoa juga berusaha melakukan yang terbaik.
Demi memenuhi kebutuhan generasi pelanjut risalah Nabi, Ibu Sarah pun menawarkan Hajar untuk dijadikan istri oleh suaminya Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim kemudian menikahi Hajar. Dan benar, Tuhan mendengarkan doanya, dari Hajar ia dikaruniai seorang anak bernama Ismail. Nabi Ibrahim tentu sangat bahagia dengan kehadiran seorang anak di keluarganya.
Namun di tengah kebahagiaan itu Nabi Ibrahim diuji dengan perintah Alloh untuk mengantarkan istri keduanya Ibu Hajar bersama anak bayi yang masih menyusu ke lembah Bakkah(Mekah) sekarang. Lembah Bakkah disebut juga lembah menangis, mungkin karena keadaan saat itu Mekah masih sangat memprihatinkan, tidak ada air, tidak ada pepohonan, tidak ada seorang pun yang tinggal disana. Sesampainya disana Nabi Ibrahim pun meninggalkan Ibu Hajar dan Ismail berdua supaya tinggal di sana.
Setelah mengantarkan Ibu Hajar dan Ismail, Nabi Ibrahim pun kembali pulang. Ia lalu menjalani hari-harinya dengan bahagia bersama Ibu Sarah. Pada suatu hari ketika usia keduanya sudah sangat tua, malaikat datang ke rumahnya dan memberi kabar gembira tentang kelahiran Ishaq.
Mendengar kabar ini, Ibu Sarah begitu terkejut. Mana mungkin ia yang sudah berusia di atas 90 tahun masih bisa mengandung dan melahirkan. Bukankah aku seorang wanita yang mandul? “Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” (Q.S. Hud; 72).
BACA JUGA:Â Kesabaran Sarah, Istri Nabi Ibrahim
Allah memang Maha Berkuasa, istri nabi Ibrahim yang pertama ini benar-benar mengandung. Melalui ketetapanNya, di usia yang sudah tidak muda lagi yakni 90 tahun, istri Nabi Ibrahim itu dikaruniai seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq.
Semoga dengan sedikit ilmu ini, bisa membekali kita mengisi hari-hari di bulan Dzulhijjah terutama di sepuluh hari pertama, dengan penuh semangat seperti gigihnya Ibu Sarah mendakwahi orang sekitar termasuk budaknya, sampai Ibu Hajar memiliki ketenangan saat ditinggal suaminya di lembah Bakkah.
Selain semangat, semoga kita juga memiliki hati yang lapang selapang hati Ibu Sarah yang rela menawarkan kepada suaminya untuk menikah lagi demi memenuhi kebutuhan generasi pelanjut pewaris para nabi. []
Ahad, 9 Juni 2024 M / Ahad, 2 Dzulhijjah 1445 H