RASULULLAH mengutus Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan panji perangnya yang berwarna putih, ke salah satu benteng Khaibar. Abu Bakar pun berjuang untuk menaklukkannya, namun ia tidak berhasil dan pulang kembali dalam kondisi lelah.
Keesokan harinya Rasulullah mengirim Umar bin Khaththab. Umar pun berjuang untuk menaklukkan benteng tersebut, namun diapun gagal dan mengalami kelelahan yang sama. Kemudian Rasulullah bersabda, “Besok pagi, panji ini niscaya aku berikan kepada orang yang mencintai Allah dan mencintai Rasul-Nya. Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya dan ia bukan orang yang melarikan diri.”
BACA JUGA: Sebelum Wafat, Ini Percakapan Umar dengan Ibnu Abbas
Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu sedang menderita sakit mata. Rasulullah kemudian meludahi matanya seraya bersabda, “Ambillah panji perang ini, majulah dengannya hingga Allah memberi kemenangan bagimu.”
Saat itu Ali bin Abu Thalib dengan nafas terengah-engah sambil berlari-lari kecil hingga ia menancapkan panji perang pada tumpukan batu yang berada di bawah benteng. Seorang Yahudi melihat Ali bin Abu Thalib dari atas benteng seraya bertanya, “Siapakah kamu?”
Ali bin Abu Thalib menjawab, “Aku Ali bin Abu Thalib.”
Orang Yahudi tersebut berkata, “Demi kitab yang diturunkan kepada Musa. Kalian telah menang.”
Ali bin Abu Thalib tidak kembali sebelum berhasil menaklukkan benteng tersebut dengan tangannya.
BACA JUGA: Umar bin Khattab Membeli Dosa dari Seorang Nenek
Ibnu Ishaq menuturkan: Abdullah bin Al-Hasan meriwayatkan kepadaku dari sebagian keluarganya dari Abu Rafi’ mantan budak Rasulullah, ia berkata, “Aku pergi bersama Ali bin Abu Thalib saat ia dikirim oleh Rasulullah dengan membawa panji perang. Pada saat Ali bin Abu Thalib telah mendekat ke benteng yang akan ditaklukkannya, dengan serta merta penghuni benteng itu keluar melawan Ali bin Abu Thalib. Maka terjadilah pertempuran antara Ali bin Abu Thalib dengan mereka. Salah seorang Yahudi memukul Ali bin Abu Thalib yang membuat perisainya terlempar dari tangannya, kemudian Ali bin Abu Thalib mengambil salah satu pintu gerbang benteng itu untuk membentengi dirinya dari serangan musuh. Pintu gerbang itu dipegang Ali bin Abu Thalib hingga akhirnya Allah memberi kemenangan padanya. Setelah itu barulah ia melepaskan pintu gerbang tersebut. Demikianlah yang terjadi. Padahal kami dengan jumlah delapan orang saja tidak sanggup mengangkat pintu gerbang itu.” []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media