Oleh: Pitri Nurseptari Agustin
…Seandainya aku menjadi bunga,
mawar hitam di tepi jurang adalah diriku…
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholihah.” (HR. Muslim).
JIKA suatu hari Allah menakdirkan aku untuk menjadi sekuntum bunga, aku akan lebih memilih menjadi sekuntum bunga mawar hitam kelam penuh duri yang tumbuh di tepian jurang. Aku tidak mau menjadi bunga mawar merah merona tanpa duri yang tumbuh di taman bunga yang luas, bersamaan dan berdampingan dengan bunga-bunga yang lainnya.
BACA JUGA: Mau Dibawa Kemana Hubungan Kita?
Karena, mawar merah merona itu semua orang pasti menyukainya, apalagi tanpa duri, semua orang pasti mampu memetiknya. Tangan-tangan jahil itu mampu memetik daunnya, perlahan namun pasti bunganya pun mampu mereka petik. Banyak toko bunga yang menjual bunga mawar merah, dan dengan uang semua orang mampu membelinya. Bunga mawar yang cantik di tengah mawar-mawar yang lainnya tentu tidak istimewa, biasa-biasa saja.
Aku ingin menjadi bunga mawar hitam penuh duri, karena orang yang memetikku, pastilah orang yang tulus ikhlas menyayangiku, bukan melihatku dari keindahan fisik semata. Penuh duri agar aku istimewa dengan penjagaan-Nya. Tidak berhenti sampai di situ, karena aku tumbuh di tepi jurang. Seseorang yang berani mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya-lah yang mampu memetikku dan menjagaku dalam cinta dan keta’atan pada-Nya.
Bunga mawar hitam penuh duri itu tetaplah setangkai bunga mawar, yang akan tetap cantik, berbalut pesona ketawadhu’an dan terjaga dari kesombongan. Kecantikannya abadi, karena tak sembarang kumbang mampu menghisap madunya. Itulah makna kecantikan, tak perlu selalu dipandang indah dari luar, namun tak mampu menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Seseorang yang cantik adalah yang mampu menjaga kecantikannya dengan keanggunan dalam taqwa pada Allah ‘azza wa jalla. Menjaga ‘izzah dan ‘iffah yang ada pada dirinya.
Menjaganya untuk yang terjaga. Menjaga sesuatu yang berharga untuk dia yang juga sangat berharga bagi kita sebagai seorang wanita.
Inilah harapan dan do’aku. Jika aku terlahir sebagai bunga. Tapi aku wanita, yang sesungguhnya lebih berharga dibandingkan bunga.
…Aku tak ingin jadi mawar merah,
jika aku terlahir sebagai bunga…
BACA JUGA: Ini Berkah dari Berdo’a sebelum Hubungan Intim
Filosofi mawar hitam penuh duri di tepi jurang. Dialah yang terjaga, yang tak sembarang orang mampu memetiknya. Hanya dia yang berbekal keyakinan dan kesungguhan sajalah yang mampu memilikinya. Tak sembarang manusia yang mampu menaklukannya. Karena kecantikan dan aroma wangi dari dalam dirinya tersembunyi dan di luarnya penuh duri.
Semoga kita mampu meneladani kepiawaian sang mawar hitam dalam hal penjagaan diri, aamiin.
Tulisan ini ditujukan sebagai do’a dan harapan untukku dan juga untukmu, muslimah.
Karena Allah mengistimewakan para wanita muslimah jika kita bertaqwa, lihatlah firman Allah SWT:
“Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[1214] dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32)
[1213] yang dimaksud dengan tunduk di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
[1214] yang dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.
Maka dari itu, agar kita tetap terjaga dalam keistimewaannya, hendaknya kita memperhatikan firman Allah SWT berikut ini:
“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31).[]
Sumber: Pitri Nurseptari Agustin, pernah menjadi Announcer di MQ FM. Beliau juga mahasiswi Pasca Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di Universitas Pendidikan Indonesia.