Oleh: Monte Selvanus Luigi Kusuma
Kisah heroik Al-Mu’tashim Billah dari Dinasti Abbasiyah dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir.
Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah (837 Masehi), dalam judul Penaklukan kota Ammuriah.
Pada tahun 837, al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi.
Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.
Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: “waa Mu’tashimaah!” yang juga berarti “di mana kau Mutashim…tolonglah aku!”
Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki).
Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan.
Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara Muslim bergerak di bulan April, 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah.
Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.
Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.
Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan di mana rumah wanita tersebut, saat berjumpa dengannya ia mengucapkan “Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?”.
Itu ‘baru seorang muslimah’ dan ‘baru dilecehkan.’
Di Myanmar, kita sedang berbicara ratusan muslimah yang tidak hanya dilecehkan, tetapi dibantai, disiksa, dipenggal, disayat, disembelih …
Sekiranya kita belum bisa membantu secara fisik dengan terjun ke Rohingnya, setidaknya bantulah dengan bantuan kemanusiaan dan obat-obatan, dan jika kita membantu dengan bantuan kemanusiaan pun belum mampu, setidaknya bantulah saudara-saudara kita dengan doa. Sekiranya dengan doa pun kita enggan, sebaiknya diam tidak usah berkomentar apa pun atau bahkan menulis di FB dengan tulisan: Jangan Import Konflik Rohingya di Indonesia dsb.
Mari kita doakan saudara-saudara kita yang terusir dari negerinya sendiri, saudara-saudara kita yang terancam dibunuh massal, tanpa ada perlindungan maupun tempat bernaung, mari kita doakan saudara-saudara kita yang ada di Rohingnya. Jangan lupa, pada Jumat mendatang untuk membaca Qunut Nazilah… Semoga Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin. []