Pada zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, ada seorang hamba sahaya yang melakukan pencurian. Kemudian ia dilaporkan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib.
“Apakah benar engkau telah mencuri?” tanya sang khalifah.
“Benar, ya Amirul Mukminin,” jawab orang itu.
Pertanyaan itu diulang-ulang oleh Ali bin Abi Thalib hingga tiga kali. Namun orang itu tetap meyakinkan sang khalifah dengan jawabannya. Khalifah Ali pun langsung memerintah orang tersebut untuk dipotong tangan.
Usai menjalani hukuman, orang itu keluar sambil menenteng tangannya yang telah terpotong.
Di tengah perjalanan, orang tersebut berjumpa dengan Salman Al Farisi.
“Siapa yang memotong tanganmu?” Tanya Salman.
Orang itu menjawab, “Tanganku dipotong oleh pembela agama, menantu Rasul, suami Fathimah, dan putra paman Rasul, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib.
“Tanganmu telah dipotongnya, namun mengapa engkau masih saja memujinya?” tanya Salman penasaran.
“Ya, karena dengan memotong satu tanganku, ia telah menyelamatkanku dari siksa yang amat pedih di akhirat nanti,” (Dalam riwayat lain dikatakan “sungguh aku mencintai amirul mukminini, Ali Bin Abi Thalib. Bagaimana mungkin aku benci kepadanya, sedangkan ia telah menyelamatkanku dari azab di akhirat”)
Kemudian Salman memberitahu ucapan orang kepada Ali bin Abi Thalib. Orang tersebut kemudian dipanggil untuk kembali menghadap sang khalifah.
Saat orang itu datang untuk menghadap, khalifah meletakkan tangan yang terpotong tadi kepada tempatnya. Lalu ditutupnya sambungan tangan tersebut dengan kain, kemudian ia berdoa kepada Allah Swt.
Ajaib, dengan kuasa Allah tangan itu kembali utuh seperti semula.
SUMBER: Abdurrahman, Fuad dan Nur, Abdullah, 2017, The Golden Stories, Solo: Tinta Medina.