Oleh : Ratna Dewi Idrus
Penulis dan Ibu Rumah Tangga Tinggal di Banjarmasin
SAAT itu, telah banyak tipu daya dan kejahatan dihadapi Rasulullah, hinaan dan cemoohan pada dirinya Ditambah pengikutnya yang berjumlah sedikit dan miskin. Banyak yang mengira bahwa rezeki yang berlimpah, kedudukan social yang tinggi dan keturunan anak laki-laki itu tanda Allah cinta dan memuliakannya. Hingga membuat kaum muslimin lemah jiwa raganya saat menghadapi ujian berupa kesusahan.
“Abtar” “Terputus keturunannya” dan terlupakan, …
Kalimat inilah yang membuat kesedihan Rasulullah membuncah, terlontar dari kaum Quraisy terutama pamannya sendiri Abu Lahab yang mencemoohnya, manakala dirinya kehilangan Ibrahim, putra tercintanya yang meninggal di usia masih kecil dari istrinya Mariah Al Qifthiah, sebelumnya beliau telah kehilangan 3 putranya dari Khadijah yaitu Abdullah, Qasim, dan Thaher.
Allah, tak ingin melihat Rasul-Nya bersedih…,
Diturunkan-Nya lah 3 ayat surat Al Kautsar sebagai penghibur hati Rasul-Nya. Jangan sampai Rasulullah bersedih karena tidak memiliki anak lelaki, jangan sampai Rasulullah tenggelam dalam lautan yang tak berujung, sesuatu yang tadinya pernah dimiliki dan terlepas, itu menandakan bukan rezeki ataupun takdir yang Allah berikan untuknya.
Dari sebuah keinginan yang tak kesampaian itulah, Allah bukakan hatinya untuk melihat, betapa banyak nikmat yang telah Allah karuniakan padanya.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (QS. Al Kautsar, 108:1)
Menganugerahkan kenabian dan agama yang benar padanya, mengutusnya untuk seluruh manusia, rahmat bagi seluruh alam, menjadikan agama Islam sebagai pamungkas semua agama, akhir dari semua risalah yang menghimpun kebaikan dunia dan akhirat, yang menggabungkan semua keindahan dan kesempurnaan dalam segala keadaan.
Bukankah Allah telah memberinya Al Qur’an yang masuk ke dalam relung hatinya, satu surat saja sudah merupakan nikmat yang sangat banyak dan tak terhingga, bagaikan mata air yang berlimpah yang tak akan pernah habis.
Ilmu serta hikmah. Memberikannya kemuliaan yang banyak dan kebaikan yang luas. Hidayah dan petunjuk, kebahagiaan dunia dan akhirat berikut umatnya sampai hari kiamat.
Juga menganugerahkannya keluarga yang bahagia.
Allahhu Akbar, Allahlah yang memberikan semua itu, termasuk anugerah berupa Al-Kautsar, sungai di surga.
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (QS. Al Kautsar, 108:2)
Karena itu Allah menyuruh Rasulullah untuk mendirikan shalat dan berkorban sebagai tanda syukur kepada-Nya. Termasuk salah satu di dalamnya mempersembahkan hewan kurban pada hari raya Idhul Adha, dan pengertian berkurban sesungguhnya yaitu mempersembahkan hidup ini hanyalah untuk pengabdian kepada Allah.
Sesungguhnya ketika Allah memerintahkan sesuatu, hakikatnya adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan hamba-Nya sendiri, hal ini sangat kita ketahui dari pribadi Nabi, betapa shalat adalah ibadah yang sangat beliau sukai, dalam kemelut ujian hidup yang sungguh berat.
Beliau kerap kali shalat sunat dua rakaat agar senantiasa mendapatkan kekuatan dari Allah, saat waktu-waktu shalat tiba, beliau berkata, “Wahai Bilal, hiburlah hati kami dengan lantunan suara azanmu.”
Dan sesungguhnya ketika kita mengaku beriman kepada Allah, saat itu pulalah kita tak punya apa-apa atas diri kita, kita sudah tak berhak lagi atas diri kita, mengapa? Karena shalat kita, ibadah kita, hidup dan mati kita sudah kita persembahkan untuk Allah.
Orang yang beriman menjalani hidupnya sesuai petunjuk Qur’an dan terus berjuang untuk melaksanakan apa yang telah dibaca dan dipelajarinya dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan hati-hati.
Orang yang beriman tidak pernah lupa bahwa Allah telah menciptakan setiap situasi yang dialaminya. Agar ia bersabar atau senantiasa menggunakan pikiran untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang paling disukai Allah.
Karena perjuangan melawan hawa nafsu (keinginan) adalah pertempuran yang teramat dahsyat bagi seorang muslim.
Keinginan memiliki anak lelaki sebagaimana Rasulullah Saw, dan bagaimana pula keinginan yang menjadi ujian kita? …
Percayalah, jika itu tidak bisa kita miliki, itu adalah yang terbaik yang merupakan rahasia Allah. Yang terpenting dalam hidup ini kita terus berusaha, berjuang dan mengembalikan seluruh hasilnya kepada Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar, 108:2)
Bahwa bukanlah karena tidak mempunyai anak lelaki keturunan Rasulullah terputus, melainkan namanya tetap hidup dan digemakan orang sampai sekarang, bahkan keturunan Rasulullah dari jalur Fatimah berkembang di seluruh dunia, ada yang menjadi raja, ulama dan sebagainya.
Sedang kaum yang membenci Rasulullah, itulah yang sebenar-benarnya terputus, “terputus dari rahmat Allah” yang hilang, lenyap dan terlupakan.
Karena itu, janganlah pernah bersedih ketika engkau tidak mendapatkan apa yang menjadi keinginanmu, karena boleh jadi hal itu tidak baik untukmu, karena Allah yang menciptakanmu, maha tahu yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. []