LELAKI berpenampilan lusuh itu tiba-tiba datang entah dari arah mana. Lelah meninggalkan jejak yang jelas pada wajahnya. Bajunya mengabarkan dia sibuk tak sempat ganti busana.
“Apakah kau mengenalku?”
Dilemparkannya pertanyaan kepada orang yang sengaja dia temui.
“Siapa ya? Aku tidak mengenalmu,” jawab orang ini. Penampilan si lelaki memang asing dan ini adalah pertemua pertama mereka berdua. Tentu saja tidak dikenal.
BACA JUGA: Pengertian Takwa dan Tiga Maknanya di Dalam Alquran
“Aku ini sahabatmu. Aku adalah Alquran. Aku yang dulu sering membuatku kehausan di siang hari. Aku yang dulu membuatmu terjaga di malam hari.” lelaki ini ungkap identitas aslinya.
Alquran? Lelaki ini adalah Alquran? Sungguh pertemuan di luar dugaan. Seperti orang ini dulu sering berpenampilan lusuh karena sibuk dengan Alquran, begitu pula lah dia hari disambut oleh si lelaki Alquran ini.
Tanpa memberi kesempatan berkomentar, lelaki Alquran ini lanjut bicara, “Setiap orang datang membawa keuntungan bisnisnya masing-masing. Dan hari ini bisnismu, melampau segala bisnis”.
Masih terkesima dengan pertemuan yang penuh kejutan, tiga hadiah dihaturkan untuk sahabat Alquran ini. Tiket untuk memiliki sebuah kerajaan diberikan dari sebelah kanananya. Sementara dari sebelah kirinya, tiket keabadian dia terima. Satu lagi, diletakkan dengan hormat mahkota keagungan di atas kepalanya.
Begitulah sahabat Alquran ini diperlakukan. Tapi, ternyata masih ada kejutan lainnya. Kedua orang tuanya pun dibuat terkejut tak kepalang.
“Mengapa ini dipakaikan kepada kami?” tanya ayah dan ibu dari sahabat Alquran ini penasaran ketika sebuah pakaian indah tak terkira nilainya dikenakan kepada mereka. Tak ada satu orang pun di dunia mampu membeli pakaian seindah ini.
“Semua ini,” sebuah jawaban menyapa mereka, “Semua ini karena anakmu telah hapal Alquran.”
“Lalu kepada anak mereka yang menyahabati Alquran sampai dihapal seluruh kalimat, kata dan huruf-hurufnya,” kejutan lagi-lagi disodorkan.
“Bacalah Alquran itu dan naiklah.”
BACA JUGA: Indahnya Mengamalkan Alquran
Mengalirlah suara syahdu dengan tartil dari mulutnya ayat demi ayat yang telah terekam dengan baik dalam jantung, otak, dan darah, daging, tulang, dan kulitnya. Dan diapun terus naik menggapai level Surga yang makin tinggi. Tak berhenti kecuali pada ayat pamungkas yang dihapalnya.
Demikian, hari itu Buraidah menuturkan kisah yang di dengar dari Nabi saw. Kisah futurustik untuk mereka yang menyahabati Alquran. Membacanya, menghapalnya tuntas, memahami pesannya, menerapkannya. []
K.H. Marfu Muhyiddin Ilyas, MA
A’wan PCNU Kabupaten Purwakarta Jawa Barat
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi Muhajirin
IG: @guru4ngaji