Aung San Suu Kyi adalah salah satu wanita paling terkenal di dunia. Dia adalah pemegang Hadiah Nobel Perdamaian dan dipuji sebagai “Mandela Asia” karena catatan hak asasi manusianya. Namun, ketika kita melihat tentang nasib Rohingya, Anda harus mempertanyakan rasa kepedulian, kasih sayang dan integritasnya.
Suu Kyi, seperti puluhan ribu orang di seluruh dunia, berkampanye secara simultan dan begitu kerasnya agar Myanmar memiliki pemimpin yang pro-demokrasi. Ia kemudian dibebaskan dari belenggu junta Burma yang membuatnya menjadi tahanan rumah selama bertahun-tahun.
Ketika ia akhirnya dibebaskan untuk memimpin negaranya, sepercik harapan masa depan yang lebih baik terlahir. Tapi sekarang kita benar-benar dibuat bingung dengan keheningan sikapnya tentang keadaan yang menyedihkan dari Rohingya, mereka hidup dalam kemelaratan dan dengan perlakuan tidak manusiawi di Myanmar.
Junta militer Burma-Myanmar menolak untuk mengakui keberadaan Rohingya, dan hanya akan menyebut mereka sebagai “Bengali–Bangladesh”. Sekarang, di bawah kepemimpinan politik Aung San Suu Kyi, pemerintah telah melangkah lebih jauh dengan melarang penggunaan kata Rohingya, seakan 1,3 juta orang telah menghilang begitu saja. Kita harus bertanya apakah dia dan para jenderalnya memata-matai latar belakang warganya, mengikuti langkah Israel untuk membersihkan warga yang tidak diinginkan dan etnis minoritas?
Seperti dilansir oleh Middle East Monitor, jangan lupakan bahwa Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion memiliki relasi yang begitu dekat dengan Burma. Pada Desember 1961 ia diberi penghormatan luar biasa saat kunjungan kenegaraan dengan digelarnya karpet merah.
Tak lama sebelum menaiki pesawat ia memberikan konferensi pers: “Saya hari ini meninggalkan sebuah negara baru yang tidak asing bagi kami (bersahabat–red); di seluruh Asia, tidak ada bangsa yang lebih ramah kepada Israel ketimbang Burma (Myanmar–red). Israel dan Burma adalah dua negara tua dengan sejarah lama yang diperbaharui oleh kemerdekaan mereka pada tahun 1948.”
“Kedua Negara (Israel dan Burma) begitu demokratis dan mengikuti prinsip yang sama dalam hubungan luar negeri, mempromosikan hubungan persahabatan dan saling membantu dengan semua negara yang cinta damai dan tanpa melukai kepentingan negara lain; setia dalam prinsip kerjasama internasional berdasarkan prinsip-prinsip PBB,” ujar Ben-Gurion.
Tentu saja kunjungan para pemimpin Israel tidak berhenti sampai Ben-Gurion saja; Shimon Peres, Moshe Dayan, Yitzhak Ben-Zvi dan Golda Meir, semua pergi berkunjung ke Burma bersama dengan politisi lainnya. Termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kunjungan yang menambah keramahan kepada para pemimpin Burma-Myanmar di Tel Aviv. []
Bersambung …Â https://www.islampos.com/ketika-aung-san-suu-kyi-berhasil-terapkan-genosida-ala-israel-pada-rohingya-2-45173/