SETIAP orang tentu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Sebab, sebagai manusia memanglah makhluk sosial. Di mana untuk memenuhi kebutuhannya sendiri pun harus ada campur tangan orang lain. Maka, agar kesejahteraan dalam hidupnya terjalin, ia harus bisa menghargai orag lain.
Hal pertama yang harus kita perhatikan ialah menjaga lisan. Jangan sampai lisan ini menyakiti perasaan orang lain. Sebab, menyakiti perasaan lebih berbahaya daripada menyakiti fisiknya.
Bukan hanya menjaga dari perkataan yang tidak baik saja terhadap orang lain. Tetapi, menjaga lisan dari saling berbisik antara dua orang dengan meninggalkan orang lain, juga perlu kita terapkan. Sebab, hal itu akan menyakiti perasaan orang yang tidak diajak berbisik tersebut.
Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika kalian terdiri dari tiga orang, janganlah yang dua orang saling berbicara rahasia tanpa menyertakan yang satu lagi, hingga kalian bercampur baur dengan orang ramai, karena hal itu membuatnya bersedih,” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Darimi).
Kita harus tahu bahwa ketika kita bertiga, sedang kita meninggalkan satu orang di antaranya, dan hanya asyik berdua membicarakan sebuah rahasia, itulah perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pembicaraan rahasia itu datangnya dari setan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, padahal pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal,” (QS. Al-Mujadilah: 10).
Jika kita mengaku sebagai orang beriman yang cinta kepada Allah, maka ikutilah apa yang diperintah oleh Allah. Jangan kita melakukan hal yang dilarang oleh-Nya. Jangan pula kita mengikuti jejak setan, yang sudah jelas merupakan musuh nyata bagi kita. Maka dari itu, ketika bertiga, jangan hanya asyik berdua. Cobalah hargai perasaan orang lain. []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura