BERAPA lama kamu kuat menatap gadget, melihat konten-konten kesukaanmu di layar?
Berapa lama kamu kuat mengobrol atau chat dengan temanmu?
Lantas, berapa lama kamu mampu menatap Alquran dan membacanya?
Berapa lama kamu mampu berdiri untuk shalat?
Pertanyaan-pertayaan semacam ini lah yang pada awalnya mengusik seorang Abdullah bin Al-Mubarak atau Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak hingga akhirnya dia menjalani pertaubatan dan sampai pada posisi mulia sebagai ahli hadis terkemuka.
BACA JUGA: Siapakah para Ulama Sesungguhnya?
Abdullah bin Al-Mubarak lahir pada tahun 118 H/736 M dari ayahnya seorang Turki dan ibunya seorang Persia. Kesalehan dan ketokohan Abdullah bin Al-Mubarak sudah dikenal luas.
Namun, siapa sangka, dia juga pernah mengalami kelalaian. Dia pernah tergila-gila kepada seorang gadis. Kekaguman terhadap gadis tersebut membuat dirinya gundah dan hanya bisa memikirkan perempuan tersebut.
Suatu malam, saat musim dingin ia berdiri di bawah jendela kamar perempuan yang dikasihinya sampai pagi hari. Perbuatan itu dilakukannya hanya karena ingin melihat kekasihnya itu walau untuk sekilas saja.
Salju turun sepanjang malam. Ketika azan subuh terdengar, ia masih mengira bahwa itu adalah adzan untuk shalat ‘Isya. Sewaktu fajar menyingsing, barulah ia sadar betapa ia sedemikian terlena dalam merindukan kekasihnya itu.
“Wahai putera Mubarak yang tak tahu malu! Di malam yang indah seperti ini engkau dapat tegak terpaku sampai pagi hari karena hasrat pribadimu. tetapi apabila seorang imam shalat membaca surah yang panjang engkau menjadi sangat gelisah,” bisiknya kepada diri sendiri.
Sejak saat itu hatinya sangat gundah. Kegundahan itu kemudian menghantarkannya pada pertaubatan. Dia lantas larut dalam ibadah kepada Allah dan menyibukkan diri dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
BACA JUGA: Lewat di Depan Seorang Ulama, Lelaki yang Sedang Minum Khammar
Setelah bertaubat itu Abdullah bin Mubarak lalu meninggalkan Kota Merv untuk beberapa lama menetap di Baghdad. Di kota inilah ia bergaul dengan tokoh-tokoh sufi.
Abdullah lalu menjelma menjadi seorang ahli hadits yang terkemuka dan seorang zahid termasyhur.
Abdullah bin Mubarak telah belajar di bawah bimbingan beberapa orang guru, baik yang berada di Merv maupun di tempat-tempat lainnya, dan ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam gramatika dan kesusastraan.
Abdullah juga merupakan seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin.
Ia meninggal dunia di Kota Hit yang terletak di tepi Sungai Euphrat pada tahun 181 H/797 M. []
SUMBER: REPUBLIKA