SUATU ketika Ali ibn Mauqif berkisah, sebagaimana diceritakan dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali.
“Aku pernah menjalankan ibadah haji dalam satu tahun. Ketika malam Arafah tiba, aku tertidur di masjid Al Khaif, Mina. Ketika terlelap, aku bermimpi bertemu dengan dua sosok malaikat yang turun dari langit. Keduanya mengenakan pakaian serba hijau”.
Malaikat yang satu bertanya kepada yang lain “Wahai hamba Allah”.
“iya, ada apa hamba Allah?”
“Tahukah engkau berapa orang yang menunaikan haji, mengunjungi Baitullah pada tahun ini?”
“Tidak, aku tak tahu.”
“Yang datang ibadah haji ke Baitullah tahun ini ada 600 ribu orang.”
“Lalu, apakah engkau tahu berapa di antara mereka yang diterima ibadahnya oleh Allah SWT?”
“Tidak, aku tak tahu hal itu.”
“Dari sekian ribu orang jamaah haji, yang diterima hajinya hanya enam orang saja.”
Setelah bercakap-cakap, kedua malaikat itu kemudian naik kembali ke atas langit, lenyap dari pandangan. Aku pun terbangun dari tidur. Aku kemudian menjadi sangat sedih dibuatnya. Bingung akan peristiwa itu. Yang kupikirkan kala itu, andai saja yang diterima itu hanya enam orang, apa mungkin aku termasuk dari keenam orang itu?
Setelah selesai dari Arafah, aku kemudian berdiri di samping masy’aril haram (Muzdalifah). Lalu aku berpikir keras, memikirkan tentang nasib mereka—jamaah haji—sebanyak ini, namun yang diterima hanya enam orang saja. Hingga aku diserang kantuk yang sangat dan tertidur pulas. Tiba-tiba kedua malaikat itu datang kembali, ia turun dari langit seperti dahulu saat mereka pertama kali datang.
Satu malaikat bertanya kepada yang lain. Mereka berbincang-bincang sebagaimana yang dahulu pernah mereka bahas. Ada percakapan tambahan menarik dalam percakapan mereka kali ini. Satu malaikat bertanya “Apa yang engkau tahu, bagaimana kebijaksanaan Tuhan kita malam ini?”
“Tidak”
Malaikat yang bertanya pada permulaan kali pembicaraan itu mengatakan “Sesungguhnya Allah telah memberikan anugerah atas masing-masing dari enam orang tersebut dibalas berupa 100 ribu orang lain yang sedianya tidak diterima menjadi diterima oleh Allah berkat enam orang yang diterima tersebut”. Aku pun kemudian terbangun dan bergembira tiada tara. []