KETIKA kedua cucu Nabi, Hasan dan Hussain, masih sangat kecil, seorang Badui tua pernah datang ke Madinah. Saat waktu shalat datang, lelaki Badui itu mulai berwudhu, tapi tata cara berwudhunya salah.
Hasan dan Hussain melihat orang tua itu, dan ingin membetulkannya, tapi tidak yakin bagaimana caranya. Lelaki Badui itu adalah orang tua, dan sebagai anak kecil, mereka tidak ingin menunjukkan kesalahan orang tua itu. Hasan dan Hussein khawatir akan menghina perasaannya. Bukan sopan santun untuk menunjukkan kesalahan orang tua mereka. Apa yang harus mereka lakukan?
BACA JUGA:Â Cintanya Rasulullah kepada Hasan dan Husen
Kedua kakak beradik itu berpikir, dan akhirnya menemukan munculah sebuah gagasan. Bersama-sama mereka mengatur sebuah rencana untuk mengajarkan orang tersebut bagaimana berwudhu dengan benar. Namun hal itu dilakukan tanpa menghina dia, menasihatinya dengan cara yang sesuai dengan usianya.
Mereka mendekati orang tua itu, dan bertanya apakah orang tua Badui itu bisa menolong mereka. “Adikku dan aku tidak setuju bahwa siapa di antara kami yang melakukan wudhu yang terbaik, bisakah Anda memperhatikan kami membuat wudhu, dan jadilah hakim yang menilai siapa di antara kami yang memang melakukan wudhu dengan lebih benar? Bisakah Anda memperbaiki kami jika kami salah?”
Pria Badui itu memperhatikan dengan saksama saat kedua cucu Nabi melakukan wudhu secara eksplisit. Tak lama kemudian dia tahu cara berwudhu yang benar, dan segera memperbaiki kesalahannya.
BACA JUGA:Â Kata-kata Terakhir Hasan kepada Husain sebelum Wafat
Setelah Hasan dan Hussain menyelesaikan wudhu mereka, orang tua Badui tersebut mengucapkan terima kasih dan berkata, “Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana melakukan wudhu sebelum ini. Kalian berdua telah mengajari aku bagaimana melakukannya dengan benar.” []
SUMBER: JALANSIRAH