DALAM sejarah, Raja Romawi bernama Heraklius dan Penguasa Persia yang dikenal sebagai Kisra, pernah menerima surat ajakan untuk menerima Islam dari Nabi Muhammad SAW.
Namun, keduanya tidak mau mengikuti seruan nabi untuk bertauhid. Kisra merobek surat dari Nabi, sedangkan Heraklius membalas surat tersebut.
Apa balasan surat dari Heraklius?
BACA JUGA: Begini Reaksi Raja-Raja Kala Terima Surat dari Nabi Muhammad SAW
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, bahwa Heraklius pernah menulis surat kepada Nabi SAW yang isinya menyatakan:
‘Sesungguhnya engkau telah mengajakku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau demikian, di mana neraka?’
Maka Nabi SAW menjawab dengan balik bertanya:
«سُبْحَانَ اللَّهِ فَأَيْنَ اللَّيْلُ إِذَا جَاءَ النَّهَارُ؟»
“Subhanallah (Mahasuci Allah), di manakah malam bila siang hari tiba?”
Ibnu Jarir meriwayatkannya, untuk itu ia mengatakan, “Telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Khaisamah, dari Sa’id ibnu Abu Rasyid, dari Ya’la ibnu Murrah yang menceritakan bahwa ia pernah bersua dengan At-Tanukhi yang pernah menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah SAW di Himsa; dia telah berusia lanjut dan lemah sekali.
Ia berkata bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah SAW dengan membawa surat Heraklius. Lalu surat itu diterima oleh seorang lelaki yang ada di sebelah kiri beliau. At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, lalu ia berkata.
‘Siapakah teman kalian yang akan membaca surat ini?’
Mereka (para sahabat) menjawab, ‘Mu’awiyah.’
Ternyata isi surat Heraklius mengatakan, ‘Sesungguhnya engkau telah berkirim surat kepadaku, yang isinya engkau menyeruku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau begitu, di manakah nerakanya?’
At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah SAW menjawab dengan balik bertanya,’Mahasuci Allah, di manakah malam hari bila siang hari datang?’
Al-A’masy, Sufyan As-Sauri, dan Syu’bah meriwayatkan dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Khalifah Umar ibnul Khattab tentang surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka? Maka Umar menjawab mereka.
“Bagaimanakah pendapat kalian bila siang hari datang, di manakah malam hari? Bilamana malam hari datang, di manakah siang hari?”
Mereka menjawab, “Sesungguhnya engkau telah memetik hal yang semisal dari kitab Taurat.” (Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui tiga jalur)
BACA JUGA: Diseru Masuk Islam, Inilah 8 Pemimpin Dunia yang Pernah Disurati Nabi Muhammad SAW
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, “Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Barqan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, bahwa seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab mengatakan, ‘Mereka mengatakan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi, maka di manakah neraka?’
Maka Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu menjawab, ‘Di manakah malam hari bila siang hari tiba? Di manakah siang hari bila malam hari tiba?’
Hal ini diriwayatkan pula secara marfu’. Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma’mar, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Salamah Abu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnul Asam, dari pamannya (yaitu Yazid ibnul Asam), dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, lalu mengatakan, ‘Bagaimanakah pendapatmu mengenai firman-Nya: ‘Dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi’ (Ali imran: 133).”
Maka di manakah neraka?” Nabi SAW menjawab:
«أَرَأَيْتَ اللَّيْلَ إِذَا جَاءَ لَبِسَ كُلَّ شَيْءٍ، فَأَيْنَ النَّهَارُ؟» قَالَ: حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ، قَالَ «وَكَذِلَكَ النَّارُ تَكُونُ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ»
“Bagaimanakah menurutmu apabila malam tiba menyelimuti segala sesuatu, di manakah siang harinya?” Lelaki itu menjawab, “Di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah.” Maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala”
Hadis ini kata Ibnu Katsir mempunyai dua makna:
Pertama, yang dimaksud ialah bahwa ketidakmampuan kita menyaksikan malam hari bila siang hari tiba bukan berarti malam itu tidak ada di suatu tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Pengertian ini lebih jelas, seperti yang dikemukakan oleh hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar tadi.
Kedua, mengartikan bahwa siang hari apabila menyinari alam dari belahan ini, maka malam hari berada di belahan lainnya. Demikian pula halnya surga, ia berada di tempat yang paling atas di atas langit di bawah Arasy, yang luasnya adalah seperti yang diungkapkan di dalam firman-Nya:
{كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
“Seluas langit dan bumi.” (QS Al-Hadid: 21)
Sedangkan neraka berada di tempat yang paling bawah. Dengan demikian, berarti tidaklah bertentangan antara pengertian luasnya surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka. []
SUMBER: REPUBLIKA