KALI ini kami akan bercerita tentang Qutaibah bin Muslim al-Bahili rahimahullah. Seorang pahlawan besar. Menaklukkan negeri-negeri seberang sungai di Asia Selatan, hingga Islam dari Arab mencapai daratan Cina. Ia diangkat Khalifah Abdul Malik bin Marwan rahimahullah menjadi amir daerah Ray dan Khurasan. Kemudian menguasai Thakharistan (wilayah Pakistan dan Afganistan). Lalu menguasai Bukhara di Uzbekistan. Berikutnya Sijistan, Khawarizm, dan Samarkand di jantung Asia. Hingga sampai menguasai Kota Kashgar di Cina.
Lihatlah capaiannya, ia memegang wilayah yang hari ini dipimpin oleh beberapa orang kepala negara. Tahukah Anda? Pemimpin besar ini berasal dari kabilah kelas bawah. Kabilah Bahilah.
Kabilah Bahilah adalah kabilah rendahan dalam strata sosial masyarakat Arab. Tidak diperhitungkan dan tidak ada orang yang mau jadi bagiannya. Cukup sebuah syair, dan Anda akan tahu betapa rendah kedudukan kabilah ini. Seorang penyair mengatakan,
Jika ada seekor anjing dipanggil dengan ‘hai Bahili’
Dia akan menyalak, mencela nasab ini
Bayangkan! Anjing saja marah, tidak mau disebut Bahili (orang Bahilah).
Qutaibah pernah bertanya kepada Buhairah, “Apa kiranya kalau kerabatmu adalah dari Salul, jika kuganti nasabmu jadi mereka?”
Mungkin Salul yang dimaksud Qutaibah adalah kabilah yang terdapat seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul yang sangat membenci dan memusuhi Rasulullah ﷺ.
BACA JUGA: Memperbaiki Akhlak, Bagaimana?
Ia menjawab, “Wahai Amir, gantilah dengan apapun yang engkau mau. Tapi jauhkan aku dari Bahilah.”
Diriwayatkan juga, Qutaibah pernah berbicara dengan Arab Badui. Ia berkata, “Maukah engkau menjadi seorang Bahili dan akan kuberikan setengah dari kekuasaan?” “Tidak mau,” jawab si Badui tanpa berpikir panjang.
“Bagaimana kalau kuberikan seluruh kekuasaan?” tanya Qutaibah menaikkan tawaran. “Tidak,” jawabnya mantab.
Qutaibah bertanya lagi, “Maukah, sekiranya menjadi seorang Bahili engkau masuk ke dalam surga?” Si Badui terdiam sesaat dan berpikir. Kemudian ia berkata, “Dengan satu syarat wahai Amir.” “Apa itu?” tanya Qutaibah. “Para penduduk surga tidak boleh tahu kalau aku adalah seorang Bahili,” jawab si Badui.
Bayangkan! Hingga demikian kedudukan bani Bahilah bagi orang-orang Arab. Seorang Arab dusun pun tak mau jadi bagian dari mereka walaupun dengan iming-iming luar biasa. Iming-iming kekuasaan besar miliki Qutaibah bin Muslim al-Bahili rahimahullah.
Qutaibah memang tidak dapat merubah nasabnya, tapi ia –atas izin Allah- merubah nasibnya (kedudukannya). Ia memiliki keistimewaan tekad, keberanian, dan ketegasan. Ia berwibawa dan ditakuti musuh. Dan di antara cucunya adalah al-Amir Said bin Muslim bin Qutaibah yang menjadi pemimpin wilayah Armenia, Mosul, Sind, dan Sijistan. Seorang penunggang kuda ulung, dermawan, dan memiliki kedudukan.[]
Sumber: kisahmuslim