ALKISAH, suatu hari seorang penebang pohon kehilangan kapaknya, sehingga dia tidak bisa bekerja. Dia mencurigai tetangganya yang mencuri kapaknya.
Pagi hari, ketika sang tetangga berangkat & menutupi peralatan kerjanya dengan kain, si penebang pohon itu amat yakni kapak miliknya pasti disembunyikan disana, apalagi tetangga ini senyumnya terasa tidak tulus. Pasti dia pencurinya.
Besoknya, tetangganya bahkan terasa jadi ramah berlebihan karena biasanya jarang menyapa, kali ini menyempatkan berbasa-basi. Apalagi dilihat hasil tebangan kayunya dua hari ini banyak sekali, pasti dia menebang menggunakan kapak curiannya.
Semakin dipikir semakin yakin.
Pada hari ketiga, baru disadari ternyata kapaknya tersimpan di laci dapur. Istrinya yang sedang keluar kota menyimpankan di sana. Senang benar hatinya karena kapaknya dapat ditemukan kembali.
Si penebang pohon itu mengamati lagi tetangganya yang lewat, dan dia merasa tetangga ini tidak berkelakuan seperti pencuri & senyumnya juga tulus-tulus saja. Bahkan percakapannya terasa sangat wajar dan jujur. Dia heran kenapa kemarin dia melihat tetangganya seperti pencuri?
Pembaca yang budiman, seperti itulah persepsi membentuk kenyataan, pikiran kita membentuk sudut pandang kita.
Apa yang kita yakini akan semakin terlihat oleh kita sebagai kenyataan.
Sebagai contoh, apapun yang dilakukan orang yang kita cintai adalah baik dan benar. Anak nakal dianggap lucu, kekasih pelit dianggap berhemat, orang cerewet dibilang perhatian, keras kepala dibilang berprinsip dan makanan tidak enak dibilang bergizi.
Segalanya mengalir dalam dimensi ruang dan waktu. Mari kita renungkan. []
Sumber: Iphincow.com