SUATU siang Kyai Ahmad Dahlan memukul kentongan mengundang penduduk Kauman ke rumahnya. Penduduk Kauman berduyun-duyun ke rumahnya.
Setelah banyak orang berkumpul di rumahnya, KHA Dahlan pidato yang isinya menyatakan bahwa kas Muhammadiyah kosong. Sementara guru-guru Muhammadiyah belum digaji.
Muhammadiyah memerlukan uang kira-kira 500 gulden untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolah Muhammadiyah.
Karena itu Kyai Ahmad Dahlan menyatakan melelang seluruh barang-barang yang ada di rumahnya. Pakaian, almari, meja kursi, tempat-tempat tidur, jam dinding, jam berdiri, lampu-lampu dan lain-lain.
BACA JUGA: Pengaruh Islam terhadap Raja-raja Hindu dan Budha
Ringkasnya Kyai Ahmad Dahlan melelang semua barang-barang miliknya itu dan uang hasil lelang itu seluruhnya akan dipakai untuk membiayai sekolah Muhammadiyah, khususnya untuk menggaji guru dan karyawan.
Para penduduk Kauman itu terbengong-bengong setelah mendengar penjelasan Kyai Ahmad Dahlan. Murid-murid Kyai Ahmad Dahlan yang ikut pada pengajian Thaharatul Qulub sama terharu melihat semangat pengorbanan Kyai Ahmad Dahlan, dan mereka saling berpandangan satu sama lain, berbisik-bisik satu sama lain.
Singkat cerita, penduduk Kauman itu khususnya para juragan yang menjadi anggota kelompok pengajian Tharatul Qulub itu, kemudian berebut membeli barang-barang Kyai Ahmad Dahlan.
Ada yang membeli jasnya, ada yang membeli sarungnya, ada yang membeli jamnya, almari, meja kursi dsb. Dalam waktu singkat semua barang milik Kyai Ahmad Dahlan itu habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden.
Anehnya setelah selesai lelangan itu tidak ada seorang pun yang membawa arang-barang Kyai Ahmad Dahlan. Mereka lalu sama pamit mau pulang.
Tentu saja Kyai Ahmad Dahlan heran, mengapa mereka tidak mau membawa barang-barang yang sudah dilelang.
Kyai Ahmad Dahlan berseru, ”Saudara-saudara, silahkan barang-barang yang sudah sampeyan lelang itu saudara bawa pulang. Atau nanti saya antar?”
Jawab mereka, “Tidak usah Kiai. Barang-barang itu biar di sini saja, semua kami kembalikan pada Kiai.”
BACA JUGA: Jenderal Gatot Nurmantyo: Muhammadiyah Cikal Bakal Perjuangan Bangsa
“Lalu uang yang terkumpul ini bagaimana?“ tanya Kyai Ahmad Dahlan.
“Ya untuk Muhammadiyah. Kan Kiai tadi mengatakan Muhammadiyah perlu dana untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolahnya?” Kata salah seorang dari mereka,
“Ya, tapi kebutuhan Muhammadiyah hanya sekitar 500 gulden, ini dana yang terkumpul lebih dari 4000 gulden. Lalu sisanya bagaimana?” tanya Kyai Ahmad Dahlan.
Jawab orang itu, “Ya biar dimasukkan saja ke kas Muhammadiyah.” []
Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1921. Sebagaimana ditulis oleh Sukriyanto AR dan dimuat Suara Muhammadiyah, No. 13/98/1-15 Juni 2013.
Repost dari wall Ma’mun Murod Al-Barbasy via status Anab Afifi